Minggu 19 Februari 2023, 19:24 WIB

Ngobrol Bareng Legislator: Peran Krusial Generasi Muda Memproduksi Konten Positif

Mediaindonesia.com | Humaniora
Ngobrol Bareng Legislator: Peran Krusial Generasi Muda Memproduksi Konten Positif

Freepik.com
Ilustrasi

 

KEMENTERIAN Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen Aptika)
menyelenggarakan webinar "Ngobrol Bareng Legislator" yang bertema “Produksi Konten Positif yang Viral”, Kamis (16/2). Acara ini diisi oleh empat narasumber yaitu Samuel Dirjen Aptika Kominfo Samuel Abrijani, anggota Komisi I DPR Nurul Arifin, Aliah Lestari Sayuti sebagai influencer, dan Dudi Sugandi sebagai V=visual narator.

Webinar ini memaparkan peran krusial dan kontribusi pengguna, khususnya generasi muda, dalam bijaksana memproduksi konten dengan emosi positif pada media sosial.

Aliah Lestari Sayuti mengatakan, dewasa ini istilah viral menjadi salah satu hal yang selalu dikaitkan dengan konten-konten yang ada di media sosial. Konten-konten yang menjadi viral ini seringkali memiliki daya tarik tertentu yang membuat pengguna media sosial tertarik untuk membagikan ulang (re-share/re-post) konten tersebut.

“Berbicara mengenai konten viral sangat menarik, karena terkadang yang tidak berniat viral malah akan jadi viral, yang direncanakan viral tidak menjadi viral. Namun yang pasti terdapat variatif emosi yang terkandung dalam suatu konten yang dapat viral.” papar Aliah.

Adapun Dodi mengatakan, viralitas suatu konten di media sosial dapat juga dipengaruhi oleh peran seorang influencer atau buzzer di media sosial. Peran influencer dalam viralitas suatu konten adalah pada penyebaran konten kepada khalayak luas, atau pada media sosial sering disebut juga dengan peningkatan jangkauan konten.

“Jenis konten yang bisa viral bervariasi. Intinya, konten yang dibuat harus menghibur, memberikan edukasi, menyampaikan informasi, dan membuka inspirasi baru. Bagi saya, untuk membuat konten viral tidak terlalu susah. Kalau buat konten yang viral buatlah konten dan konteks yang sesuai dengan kondisi paling aktual dan membangkitkan emosi.” tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, Nurul memaparkan hasil studi yang dilakukan oleh Dobele et al (2007) menunjukkan, suatu pesan atau konten yang viral harus memiliki element of surprise, selain itu pesan yang viral tersebut perlu memiliki emosi yang ada di dalamnya. Berger dan Milkman (2018), dalam studinya menyebutkan bahwa konten dengan emosi positif mendapatkan nilai viralitas yang lebih tinggi dibandingkan konten dengan emosi negatif. Namun, tidak semua emosi yang negatif memiliki viralitas yang lebih rendah. Meurutnya, tidak sedikit konten dengan emosi negatif lebih mendominasi pada beberapa masyarakat.

“Dampak dari konten negatif adalah mampu mengurangi nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang ada di masyarakat. Sebagai contoh konten negatif adalah fenomena mengemis online, Fajar Sadboy vs Nono Siswa Juara Matematika, dan lainnya. Apabila konten negatif terus menjalar, generasi muda masa depan akan terancam dengan krisis nilai kemanusiaan.” jelas Nurul. (OL-8)

Baca Juga

Antara Foto/Arif F

Kemenag Targetkan Buku Nikah Beralih ke Digital di Tahun Ini

👤Despian Nurhidayat 🕔Minggu 02 April 2023, 15:56 WIB
Kementerian Agama, menargetkan seluruh layanan KUA, termasuk buku nikah, akan beralih ke digital pada tahun...
ANTARA/NOVRIAN ARBI

Kolaborasi Atasi 70 Persen Orang dengan Diabetes di Pedesaan Jawa Barat

👤 M. Iqbal Al Machmudi 🕔Minggu 02 April 2023, 15:17 WIB
Prevalensi diabetes di Indonesia terus meningkat dari 10,7 juta jiwa pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021, membawa Indonesia ke peringkat...
ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas

UMKM Belum Punya NIB dan NPWP, Masalah Utama Sertifikasi Halal

👤Despian Nurhidayat 🕔Minggu 02 April 2023, 14:30 WIB
Pengurusan sertifikasi halal untuk UMKM sudah dipermudah dengan adanya self...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya