Minggu 19 Februari 2023, 13:15 WIB

Love Language Bisa Jadi Ekspresi Trauma Masa Kecil

Basuki Eka Purnama | Humaniora
Love Language Bisa Jadi Ekspresi Trauma Masa Kecil

Pexels
Ilustrasi

 

PSIKOLOG Klinis dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Irma Gustiana mengatakan love language atau bahasa cinta seseorang bisa jadi terbentuk dari luka atau trauma masa kanak-kanak.

"Kebutuhan ia di masa kecil tidak tercukupi sehingga terbawa hingga dewasa dan itu di alam bawah sadarnya," ujar Irma, dikutip Minggu (19/2).

Love language yang kini ramai dibicarakan generasi muda merupakan cara seseorang mengekspresikan rasa kasih dan cintanya kepada orang lain, bisa pada pasangan, sahabat, orangtua, atau pun anak dan saudara.

Baca juga: Meski Bisa Timbulkan Konflik, Perbedaan Love Language Bisa Diatasi

Setidaknya ada lima jenis love language yang dimiliki tiap orang, yaitu physical touch (sentuhan fisik), words of affirmation (kata-kata penegasan), quality time (waktu berkualitas), receiveiving/giving gift (menerima/memberi hadiah), serta act of service (pelayanan).

Irma mengatakan bahasa cinta ini juga bisa disebabkan oleh kebiasaan terdahulu. Kehangatan dalam rumah sangat menentukan bentuk seseorang mengekspresikan bahasa cinta mereka saat dewasa.

"Mungkin saja saat kecil dia butuh diberi kata-kata pujian, namun ternyata orangtuanya kurang memberikan itu, jadi saat dewasa kebutuhan itu dicari manifestasinya," imbuh Irma.

Sebagai contoh, menurut Irma, bagi seseorang dengan bahasa cinta words of affirmation sensasi bahagia ketika mendapat pujian itu akan terasa lebih mendalam, seakan kebutuhan yang ia inginkan sejak lama didapatkan.

Namun, ternyata bahasa cinta tidak selalu disebabkan luka di masa kecil, tetapi bisa juga karena sebaliknya. Orang-orang dengan kebutuhan kasih sayang yang terpenuhi di rumah semasa kecilnya juga akan membentuk bagaimana cara ia mengungkapkan cinta.

"Bisa juga di waktu kecil ternyata kebutuhan-kebutuhan itu justru selalu dipenuhi kedua orangtuanya, sehingga ketika dewasa itu menjadi otomatis di kepalanya karena kebiasaan, sehingga ketika dewasa sudah terkondisi seperti itu," kata Irma.

Untuk itu, Irma mengatakan penting untuk tiap orang memahami love language orang terdekatnya juga diri sendiri.

"Dengan ini, kita akan menjadi makhluk sosial yang lebih peka, penuh toleransi dan pengertian satu sama lain," pungkas Irma. (Ant/OL-1)

Baca Juga

Ist

Kandungan Gizi Ikan Lele Tak Kalah dari Ikan Salmon

👤mediaindonesia.com 🕔Selasa 21 Maret 2023, 10:38 WIB
Indonesia juga punya jenis ikan yang tak kalah kandungan nutrisinya jika dibanding dengaan ikan salmon dan tuna, salah satunya adalah ikan...
Ist

Beri Layanan Pasien Covid-19, Good Doctor Raih Penghargaan PPKM Award

👤mediaindonesia.com 🕔Selasa 21 Maret 2023, 10:16 WIB
Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) telah melakukan berbagai upaya komprehensif untuk mendukung pemerintah dalam mengendalikan...
ANTARA/Arif Firmansyah

IDAI: TBC Lebih Berbahaya Dibandingkan Covid-19 sehingga Harus Dilacak

👤Basuki Eka Purnama 🕔Selasa 21 Maret 2023, 10:15 WIB
Gejala orang yang terjangkit TBC tidak akan muncul dalam waktu singkat seperti covid-19 yang dapat dideteksi hanya dalam hitungan hari dan...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya