Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan flu burung H5N1 berpotensi menjadi salah satu penyebab pandemi di masa depan.
"Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih berpendapat bahwa risiko penularan flu burung ke manusia masihlah rendah, tetapi tentu kita harus tetap waspada," kata Tjandra Yoga Aditama dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu.
Tjandra memperkirakan, saat ini terdapat tiga jenis penyakit yang berpotensi memicu pandemi lanjutan di dunia, di antaranya zoonosis yang bersumber dari binatang, berbagai jenis influenza, dan penyakit X.
Ia mengatakan, flu burung memang berasal dari binatang atau unggas, serta berjenis infuenza.
Walaupun belum menyerang manusia, kata Tjandra, tetapi sekarang flu burung sudah mulai menyerang bukan saja unggas, tetapi juga binatang menyusui. "Jadi kini, sudah terjadi mutasi, dan kalau mutasi terus berkelanjutan maka tentu mungkin saja menular ke manusia, yang tentu sangat tidak kami harapkan," ujarnya.
Pada Rabu (8/2), Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan peringatan atas insiden penularan virus flu burung ke satwa mamalia.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa flu burung telah menginfeksi hewan cerpelai, berang-berang, hingga singa laut.
WHO menyatakan, risiko penularan H5N1 terhadap manusia masih rendah, sejak penyakit itu kali pertama muncul pada 1996.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara meyakini, bahwa sesudah COVID-19 maka pasti akan ada pandemi lanjutan.
"Kami hanya belum tahu kapan akan terjadi dan penyakit apa yang jadi pemicunya," katanya.
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes Kemenkes RI itu menyampaikan sejumlah tahapan yang perlu dilakukan untuk merespons hal tersebut.
"Hanya ada kasus sporadik atau klaster kecil di masyarakat. Lalu berikutnya akan berubah menjadi penularan di masyarakat yang berkelanjutan, sehingga terjadi wabah di komunitas lokal," katanya.
Kalau keadaan terus tidak terkendali dan penyakit menular luas hingga dua wilayah regional WHO, maka dapat dideklarasikan sebagai keadaan Public Health Emergency of International Concern – PHEIC, sesuai aturan dalam International Health Regulation (IHR), kata Tjandra.
"Kalau tidak terkendali akan dapat saja menjadi pandemi," ujarnya. (Ant/OL-12)
Kasus penyakit autoimun mengalami peningkatan setelah pandemi covid-19. Hal ini diungkapkan oleh seorang dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi
Pandemi covid-19 yang terjadi empat tahun lalu ternyata tidak melulu menjadi cobaan. Itu juga membawa keuntungan bagi beberapa pihak, salah satunya adalah Huggy Boo.
Industri pariwisata global menunjukkan pemulihan yang luar biasa pasca-pandemi, dengan 1,4 miliar wisatawan internasional tahun 2024, hampir setara dengan jumlah sebelum pandemi.
Namun, pascapandemi kondisi perkembangan angka kemiskinan secara bertahap terus membaik.
Di tiap-tiap negara, emisi turun rata-rata 26% saat puncak pembatasan wilayah di negara masing-masing. Namun, itu bersifat sementara karena tidak mencerminkan perubahan struktural
Lebah di Eropa telah terserang jamur nosema yang menular dan mematikan. Nosema dapat disebarkan melalui kelopak bunga selama penyerbukan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved