Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menilai keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mematok cukai dari produksi plastik dan minuman bergula dalam kemasan atau MBDK merupakan langkah tepat. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak dilihat semata-mata untuk menambah pendapatan negara, tapi juga sebagai pengingat bagi semua pihak bahwa plastik dan MBDK itu sesungguhnya adalah produk yang berbahaya.
"Tentunya kita menyambut baik keputusan presiden itu. Karena itulah kita berharap penarikan cukai dari kedua pos tersebut bisa menjadi pengingat bagi kita semua bahwa sebenarnya plastik dan MBDK itu adalah produk yang berisiko," kata Rahmad dalam keterangannya, Jumat (16/12).
Legislator Fraksi PDI Perjuangan ini berharap agar pemberlakuan cukai di kedua pos tersebut bisa menjadi bahan edukasi bagi masyarakat. Karena saat ini sebanyak 13 persen dari jumlah penduduk Indonesia terkena penyakit diabetes.
"Kenyataan ini 13 persen penduduk Indonesia terkena diabetes sungguh berbahaya. Apalagi, diabetes itu adalah ibu dari berbagai penyakit lainnya seperti kerusakan pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf. Diabetes juga dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, dan kerusakan saraf dan lainnya," jelasnya.
Akibat penyakit diabetes yang pada gilirannya memunculkan berbagai penyakit lainnya tersebut dampaknya sangat besar jika dilihat dari sisi ekonomi. Diharapkan ke depan setiap produk minuman berpemanis yang dijual bebas di tengah masyarakat harus mencantumkan kadar gula dalam kemasan dengan tulisan yang besar.
"Saat ini juga ada tulisan dalam kemasan tapi kecil ironisnya konsumen juga tidak begitu mempedulikan. Khusus kadar gula, ke depan harus berikan porsi yang lebih besar pencantumanya sehingga masyarakat mengetahui kandungan di dalam suatu kemasan," ungkapnya.
Tidak jauh berbeda dengan minuman berpemanis, produksi plastik yang berlebihan juga mengundang risiko dan jadi beban lingkungan. Apalagi, plastik bisa membahayakan ekosistem karena masa terurai yang lama.
"Memang plastik punya kelebihan dari bahan lainnya, karena itu plastik merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan. Tapi karena sifatnya yang sulit terurai, plastik akhirnya membahayakan ekosistem," ungkapnya.
Seperti diketahui, presiden Jokowi telah menerbitkan aturan mengenai Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN Tahun Anggaran 2023, yang di antaranya berisi target penerimaan cukai dari plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan atau MBDK.
Hal itu tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 130/2022 tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2023. Jokowi pun menugaskan jajarannya untuk menarik cukai dari produk plastik dan minuman berpemanis pada 2023. Dia menargetkan agar penerimaan cukai dari kedua pos itu bisa mencapai Rp4,06 triliun. (OL-12)
PRODUKSI dan konsumsi kantong plastik di Indonesia sudah saatnya dikurangi dengan menerapkan cukai pada semua jenis plastik
Pengenaan cukai plastik merupakan instrumen fiskal yang digunakan untuk pembangunan dari sisi ekonomi dan fiskal, dalam rangka melajukan pengendalian lingkungan
Dalam acara tersebut, dibahas rencana pengenaan cukai terhadap kantong plastik. Pengenaan cukai sendiri diharapkan dapat mengurangi sampah plastik di Indonesia.
Usulan pemerintah untuk menjaga lingkungan dengan menerapkan cukai sebagai barang kena cukai dapat menjadikan manusia jauh lebih beradab
KOMISI XI DPR menyetujui rencana pemerintah menerapkan tarif cukai terhadap produk plastik guna menambah penerimaan negara, sekaligus mengurangi sampah plastik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved