Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PELAKSANAAN Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang juga bertepatan dengan Hari Toleransi Dunia berlangsung aman dan damai tak lepas dari semangat harmonisasi kehidupan. Citra Indonesia di mata dunia semakin melesat sebagai sebuah negara yang patut diperhitungkan.
Karena itu, citra Indonesia yang semakin baik ini jangan sampai tercoreng hanya karena tindakan tak senang yang berlandaskan paham tertentu atau tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan Indonesia yang berharga ini.
Hal serupa juga dikatakan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo. Dia menilai, gelaran G-20 yang berlangsung aman dan kondusif secara tidak langsung membuktikan bahwa Indonesia mampu berdiri sejajar dengan negara maju lainnya. Khususnya dalam hal keseriusan dan komitmen seluruh lapisan guna menciptakan situasi yang aman dan nyaman bagi para pemimpin dunia.
"Sebenarnya, substansi dari KTT G-20 itu membuktikan bahwa bangsa Indonesia ini mampu sejajar dengan negara maju lainnya. Rasa aman, tidak ada gangguan, politiknya stabil, itu yang membuat internasional menghargai dan percaya dengan kapabilitas Indonesia," ujar Romo Benny, sapaannya, di Jakarta, Sabtu (19/11).
Hal ini, lanjut dia, tidak terlepas dari dukungan dan kesadaran masyarakat yang semakin hari kini sudah mengalami peningkatan dari segi kualitas literasi digital. Benny menyebut, masyarakat kini sudah memahami bahwa konflik suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) kini tidak hanya merugikan bagi kepentingan nasional, tapi juga internasional.
Baca juga: Menko PMK Minta Muhammadiyah Ambil Peran dalam Perekonomian Indonesia
"Masyarakat kita itu memang sebenarnya memiliki kesadaran, kesadaran bahwa stabilitas politik itu sangat penting. Sehingga sekarang, masyarakat semakin cerdas, tidak mudah terprovokasi, bisa memilah-milah, dan cenderung lebih tidak cuek dan tidak mudah terbawa arus. Masyarakat kita mulai pintar," ujarnya.
Pria yang pernah menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Dan Teologi Widya Sasana, Malang, ini menuturkan bahwa gelaran G-20 yang juga bertepatan dengan Hari Toleransi Dunia, dimaknai sebagai momen untuk saling menghargai dan menghormati sebagaimana nilai persaudaraan sejati telah tertanam menjadi kultur bangsa Indonesia.
"Jadi, Hari Toleransi yang bertepatan dengan G-20 itu sebenarnya mau mengatakan bahwa toleransi itu sudah punya akar sejarah di Indonesia, dan di bangsa ini, toleransi bukan hanya bermakna menghargai, namun sudah sampai pada persaudaraan sejati," imbuhnya.
Sehingga dia pun yakin bahwa Hari Toleransi justru menjadi titik balik guna meneguhkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini juga yang semakin menekankan bahwa tanah lahir masyarakat Indonesia ini sejak awal memang berbeda-beda.
"Hari Toleransi justru meneguhkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Bangsa kita mampu hidup bersama dengan rukun ditengah perbedaan. Karena tanah lahir kita ini sejak awal ya plural, majemuk, tidak sekuler," ujarnya.
Tidak hanya dalam gelaran G-20, Romo Benny berharap kondisi masyarakat yang kompak dalam menciptakan rasa aman dan nyaman ini, bisa dipertahankan dan dipelihara. Menurutnya, guna terus mewujudkan hal tersebut, sangat mutlak membutuhkan dan melibatkan seluruh pihak.
"Harus terus dirawat, dengan cara membuat narasi kebangsaan itu terus menerus, seperti G-20 kemarin itu kan melibatkan semua pihak, bahwa pentingnya menjaga ketertiban, kedamaian. Di sinilah penguatan narasi kebangsaan menjadi kuncinya," jelasnya.
Oleh karenanya, percepatan penyebaran narasi kebangsaan pada ruang digital dan ruang publik menjadi kunci guna menciptakan atmosfer bagi tercipatanya kesejahteraan bangsa yang juga dipercaya mampu memperkecil ruang gerak paham tertentu. (RO/OL-16)
BADAN Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memberikan dukungan penuh terhadap peluncuran Gerakan Nasional Waktu Bermain Anak dan Penguatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Di tengah dinamika kebangsaan yang kerap diwarnai ketegangan antara identitas agama dan tenun pluralitas, sebuah pertanyaan fundamental layak kita ajukan kembali.
KEPALA BPIP Yudian Wahyudi menyebut kehadiran nilai-nilai Pancasila di Kabupaten Natuna bukan hanya sekedar slogan, melainkan sebagai kekuatan hidup yang terwujud di NKRI
KEPALA Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menegaskan pentingnya peran pengajar dalam menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila secara holistik.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengungkapkan Magelang Kebangsaan Fun Run 2025 bukan sekadarperlombaan lari, tetapi Jadi Simbol Persatuan dan Semangat Pancasila
SEBANYAK tujuh pemuda-pemudi purna paskibraka terpilih dilantik dan dikukuhkan sebagai Pelaksana Duta Pancasila Paskibraka Indonesia (DPPI) Kota Yogyakarta untuk masa jabatan 2025–2029
Rayakan indahnya perbedaan! Temukan quotes keberagaman Indonesia yang inspiratif, tumbuhkan harmoni, dan persatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Indonesia memprioritaskan program literasi digital sebagai komponen integral dari pendidikan dan kampanye kesadaran publik.
PERAN aktif generasi muda dalam proses pembangunan harus terus ditingkatkan dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam empat konsensus kebangsaan yang kita miliki.
Presiden menyampaikan Indonesia memiliki 714 suku bangsa dan 17 ribu pulau. Namun, rakyat Indonesia terus berupaya menjaga keharmonisan di tengah perbedaan yang ada.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan, menanamkan nilai penghargaan atas kebhinekaan kepada generasi muda sangat penting
Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan berpendapat salam dan ucapan hari raya lintas agama adalah bentuk toleransi dan ekspresi etika sosial dalam tata kebinekaan Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved