Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
GERAKAN Literasi Sekolah (GLS) terus digelorakan di Kantor Cabang Dinas Pendidikan (KCD) Wilayah VI Jawa Barat. Sejak diluncurkan pada 2015, GLS di KCD Wilayah VI Jabar mengembangkannya dengan meluncurkan sejumlah inovasi, di antaranya Lentera Mahardika atau Literasi Untuk Bersama Memajukan Masyarakat Pembelajar Terus Berkarya.
GLS menjadi bagian dari kegiatan penguatan budi pekerti. Salah satu tujuannya difokuskan untuk memperoleh kecakapan berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi efektif serta bekerja secara kolaboratif.
Melihat manfaat dari kegiatan berliterasi, GLS pun dilaksanakan di sekolah-sekolah yang berada di KCD Wilayah VI Jabar dengan menyediakan waktu selama 15 menit untuk membaca.
Kepala KCD Wilayah VI Jabar, Endang Susilastuti, mengatakan, sebagian sekolah melaksanakan kegiatan GLS dengan mendorong warga sekolah untuk tidak sekadar membaca, tetapi menuangkan hasil pemahaman terhadap bacaan dengan membuat resume dan berbagi hasil bacaan.
Di sebagian sekolah GLS dilakukan dalam tahap pengembangan. Warga sekolah diajak untuk mengembangkan keterampilan reseptif menjadi keterampilan produktif. Bentuk yang paling banyak digunakan adalah menulis sebagai lanjutan dari kegiatan setelah membaca.
"Kegiatan GLS yang sedang berkembang dan mulai dikenal sebagai kegiatan yang menyenangkan, pada masa pandemi covid-19 nyaris tidak dapat dilaksanakan. Hal ini terkonfirmasi dengan berkurangnya kontak guru dengan para murid sehingga terjadi learning loss," kata Endang, Minggu (6/11).
Sebagai upaya untuk menghidupkan kembali kegiatan GLS di SMA/SMK/SLB di KCD Wilayah VI Jabar dan menjawab tantangan memajukan keterampilan berliterasi warga sekolah, pihaknya mengadakan program literasi sekolah bertajuk Lentera Mahardika. Lentera Mahardika adalah kependekan dari Literasi untuk Bersama Memajukan Masyarakat Pembelajar Terus Berkarya.
"Kami memfasilitasi percepatan kegiatan GLS yang selama ini tidur karena berbagai sebab dan alasan. Oleh karena itu, program Lentera Mahardika merupakan bentuk partisipasi aktif dan tanggung jawab yang nyata dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Jawa Barat dalam rangka kembali membumikan literasi," ujar Endang.
Lewat program Lentera Mahardika, warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru, tenaga pendidik, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah di SMA/SMK/SLB mewujudkan gerakan literasi melalui aktivitas membaca yang dilanjutkan dengan menulis. Dengan kegiatan ini, kelak warga sekolah dapat menghasilkan karya dalam bentuk produk tulisan.
Sangat seru
Kegiatan yang memberikan pengalaman berliterasi yang menggambarkan bahwa membaca dan menulis merupakan kegiatan yang indah, mudah, dan menyenangkan.
Salah satu siswa SMAN 1 Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Dhea Nisa Nurazizah mengungkapkan pengalaman dan manfaat hadirnya GLS dan Lentera Mahardika di sekolahnya.
Dhea mengatakan, pada saat dirinya kelas X, kegiatan GLS hanya dilakukan satu kali dalam satu bulan. Namun setelah hadirnya Lentera Mahardika di kelas XI, kegiatan jadi rutin dilakukan setiap Jumat.
"Saya sangat tertarik, karena setiap minggu temanya berbeda. Kebetulan juga tidak hanya literasi, tapi juga numerasinya dan itu setiap minggunya sangat seru," ungkap Dhea.
Menurut Dhea, program Lentera Mahardika bisa mengembangkan cara berpikir yang kritis dan kreatif. Terlebih soal menggali informasi dan menuangkannya dalam sebuah tulisan.
Dhea bercerita, Lentera Mahardika di SMAN 1 Cipatat dilakukan di lapangan sekolah. Selama 45 menit mulai pukul 07.00 hingga 07.45, semua siswa mulai dari kelas X hingga XII mengikuti kegiatan tersebut.
Guru yang menjadi penggerak GLS lantas memaparkan suatu tema yang jadi bahasan. Lantas para siswa harus merespon apa yang sudah disampaikan penggerak GLS.
"Misalnya hari ini kita akan membahas lagu dalam bahasa Inggris. Di situ kita mendengarkan lagunya, kita ditanya apa makna di lagu tersebut. Nanti akan ada siswa yang mengacungkan tangan bahwa makna lagu seperti ini. Si penulis dengan perasaan seperti ini," cerita Dhea.
Menurut Dhea, pola Lentera Mahardika seperti itu lebih menarik dibanding duduk di kelas semua siswa harus membaca selama 15 menit. Sebagian siswa, saat itu dirinya duduk di SMP, ada yang tidak membaca.
"Lebih menarik ke lapangan, saling sharing, saling menggali informasi," ujar siswa kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Cipatat itu.
Duta Hukum dan HAM Jawa Barat itu mengaku, dampak hadirnya dari Lentera Mahardika begitu terasa terhadap semangat membaca. Bahkan bisa mendapatkan informasi dengan cara yang menyenangkan.
"Otomatis informasi yang diterima juga beda-beda. Informasi yang disampaikan Tim GLS, cukup lengkap dan akurat. Sangat membantu buat menggali informasi," tandas Wakil Ketua 2 Forum Pelajar Sadar Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) itu.
Program luar biasa
Siswa lainnya adalah Adik Dini Aditia dari SMAN 1 Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Menurutnya, GLS merupakan program yang sangat luar biasa. Siswa sangat terbantu dan terfasilitas untuk bisa membaca dan membudayakannya.
Adik mengklaim, literasi di sekolahnya adalah hal yang paling utama. Sebelum ada Lentera Mahardika, SMAN 1 Bojongpicung sudah memiliki gerakan literasi bernama Goresan Pena Smanbo (GPS).
Sama halnya dengan GLS atau Lentera Mahardika, GPS merupakan program yang mewadahi serta memfasilitasi siswa dan guru dalam membudayakan literasi serta meningkatkan siswa dalam membaca.
"Gerakan literasi sekolah bisa meningkatkan siswa untuk membaca. Bahkan guru juga digerakkan untuk melakukannya. Membaca itu penting dan menjadi modal yang utama. Hadirnya GLS adalah hal yang luar biasa," kata Adik.
Dia menjelaskan, siswa di sekolahnya bukan hanya sekedar membaca, lebih dari itu mereka menghasilkan karya. Siswa SMAN 1 Bojongpicung menciptakan beragam karya mulai dari quotes, puisi, komik, pantun serta Kabar Spanbo.
"Di sekolah sudah ada GPS yang menyiapkan literasi, karya-karya. Jadi ketika ada Lentera Mahardika, itu keren juga," beber siswa yang sudah menghasilkan dua buku itu. (*/N-2)
Pesisir Seafood merupakan salah satu brand restoran seafood di bawah naungan Bandar Djakarta.
Kantor di Surabaya ini merupakan cabang ke-12, setelah sebelumnya Linktown membuka kantor di Bekasi, Jakarta, Bogor, Tangerang, Cibubur, Depok, dan Bandung.
Toko Daging Nusantara juga konsisten mendukung keberadaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan ikut memasarkan produk mereka di setiap cabang.
Hadirnya Skin+ di Cibinong, Bogor didukung dengan adanya permintaan pasar yang tinggi dari warga Cibinong yang aktif berkunjung ke Skin+ by Euromedica di wilayah Jakarta.
MURI menetapkan Waroeng Steak & Shake sebagai “Restoran Steak Halal dengan Outlet Terbanyak” pada 4 September 2022
Cabang olahraga unggulan Indonesia seperti panahan, menembak, Rowing hingga Kano tidak masuk dalam daftar cabor yang akan dipertandingkan di SEA Games 2023 Phnom Penh.
Pihak Disdik Sulsel telah menjalin komunikasi dengan pihak sekolah swasta untuk menyusun mekanisme penerimaan siswa dan penempatan guru.
Posko pengaduan yang dibuka oleh Suku Dinas Pendidikan (Sudindik) Wilayah II Jakarta Barat itu ditujukan untuk menerima keluhan para calon murid terkait masalah teknis pendaftaran.
DPRD dalam waktu dekat bakal mengundang Dinas Pendidikan Jabar untuk meminta penjelasan soal pendidikan karakter yang saat ini sudah dijalankan.
POLDA Jambi mendeteksi puluhan miliar rupiah dari Rp122 miliar Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dikelola Dinas Pendidikan Provinsi Jambi Tahun Anggaran 2022 dikorupsi.
Data tersebut bahkan masih bisa bertambah karena data yang masuk hanya pada sekolah di bawah dinas semata, belum data dari madrasah.
Pencairan dana KJP menjadi salah satu hal yang disoroti Gubernur Jakarta Pramono Anung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved