PEMERINTAH Indonesia mempersiapkan sejumlah best practice keberhasilan upaya pengendalian iklim dalam ajang Conference of The Parties ke-27 (COP 27) atau konferensi iklim tingkat global di Mesir pada November 2022.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanthi mengungkapkan, dalam agenda itu Indonesia akan memamerkan sejumlah best practice yang telah diimplementasikan di Indonesia terkait dengan upaya pengendalian perubahan iklim.
"Ada beberapa contoh best practice yang disajikan dan dipamerkan dalam Festival Iklim yang akan disampaikan di Paviliun Indonesia khususnya di COP-27," kata Laksmi dalam konferensi pers Penutupan Festival Iklim 2022 di Jakarta, pada 28 Oktober 2022.
Beberapa hal yang akan dipamerkan diantaranya terkait dengan aksi Manggala Agni yang tersebar di sejumlah provinsi di Indonesia untuk melakukan pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, Indonesia juga akan memamerkan kesuksesan upaya pengendalian perubahan ikim di tingkat tapak lewat Program Kampung Iklim.
"Selain itu di Festival Iklim kita ada diskusi mengenai contoh adaptasi Indonesia dan konteksnya dengan kelompok rentan, pemuda dan perempuan. Ini akan jadi sejumlah topik yang akan dibawa dalam Paviliun Indonesia di COP-27," ucap dia.
Dengan hal-hal itu, Laksmi berharap dunia global dapat melihat keseriusan Indonesia dalam melakukan upaya pengendalian perubahan iklim.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya juga telah memberikan arahan kepada para Delegasi Republik Indonesia pada ada COP-27. Dalam arahannya, Siti meminta agar para delegasi membawa kepentingan nasional dan kiprah Indonesia terkait pengendalian perubahan iklim, baik melalui negosiasi maupun Paviliun Indonesia.
“Di Mesir nanti, para negosiator Indonesia sepenuhnya harus memainkan peran sebagai negara berkembang dalam menerapkan hasil yang relevan dari COP 26, termasuk seruan untuk memperkuat target 2030 di NDC, sebagaimana diperlukan untuk menyelaraskan dengan Perjanjian Paris,” kata Siti.
Siti menekankan bahwa dengan adanya Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), dapat menjadi referensi utama bagi para Delegasi Republik Indonesia, baik dalam negosiasi dan maupun Paviliun Indonesia di COP-27 di Sharm El-Sheikh. Dokumen tersebut berisikan peningkatan target reduksi emisi GRK di tahun 2030.
Pemutakhiran yang ada dalam ENDC meliputi peningkatan target penurunan emisi gas rumah kaca yang semula 29 persen menjadi 31,89 persen dengan upaya sendiri, dan sebesar 41 persen meningkat menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional. Peningkatan target ini berdasarkan kebijakan-kebijakan nasional terkait perubahan iklim.
“Melalui penguatan kebijakan-kebijakan tersebut, kita semua optimis bahwa secara bersama-sama Indonesia akan mampu menghadapi tantangan dan dampak perubahan iklim yang meluas baik di tingkat nasional dan global,” ujarnya.
Lebih lanjut, Siti mengungkapkan bahwa di COP 27, Indonesia juga akan menyerukan agar para pihak lainnya terutama kelompok negara maju yang belum memperbarui target NDC 2030-nya untuk segera meningkatkan ambisi mitigasi, adaptasi, dan sarana implementasinya di COP 27.
Menutup arahannya, Siti mengharapkan semua delri bisa berperan aktif dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari pertemuan tersebut. “Saya berpesan, selalu menjaga kepentingan, sovereignity, dan posisi nasional, serta gaungkan nama besar Indonesia pada COP 27 nanti,” pungkasnya. (H-2)