Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cocok untuk Diet, Kimpul Alternatif Pengganti Nasi

Mediaindonesia.com
19/8/2022 23:13
Cocok untuk Diet, Kimpul Alternatif Pengganti Nasi
Nasi.(MI/Panca Syurkansi.)

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) menginisiasi talas belitung atau yang dikenal dengan kimpul sebagai calon pengganti nasi dari beras yang cocok untuk penderita diabetes dan menu diet. Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya diversifikasi pangan. 

"Kimpul merupakan komoditas penghasil karbohidrat nonberas dari golongan umbi-umbian, selain ubi kayu dan ubi jalar. Kimpul punya potensi sebagai pengganti nasi," kata perwakilan Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan, Inna Dwi Hidayah, Kamis (18/8). 

Dalam 100 gram umbi kimpul terdapat kandungan protein 2,81%, lemak 0,08%, air 67,26%, abu 1,19%, karbohidrat 28,66%, pati 20,87%, serat kasar 0,56%, serat pangan larut air 1,31%, serat pangan tidak larut air 6,93%, polisakarida larut air 0,99%, dan giosgenin 0,00083 mg. "Umbi kimpul mengandung senyawa bioaktif giosgenin dan polisakarida larut air. Ini bermanfaat untuk menurunkan berat badan bagi yang diet dan mencegah diabetes," katanya.

Selain bisa menurunkan berat badan dan mencegah diabetes, kimpul bisa menstabilkan tekanan darah dan kolesterol, detoksifikasi dan sumber antioksidan tubuh, mencegah kanker, kesehatan otak dan mencegah stroke, kesehatan ibu hamil karena tinggi asam folat dan zat besi, meningkatkan imun tubuh, meningkatkan kesehatan kulit, serta mencegah kerutan, noda hitam dan tanda penuaan pada wajah. Dari sisi budi daya, kimpul memiliki keunggulan karena lebih toleran terhadap kekeringan dibandingkan jenis talas lain. 

"Tanaman kimpul mudah ditanam, sehingga layak untuk dikembangkan. Biasanya ditanam di lahan kering yang lembap, tetapi tidak becek. Bisa hidup di lahan sawah, tetapi pada musim kemarau," kata Inna. 

Produksi kimpul bisa mencapai 3,7-7,5 ton per hektare dan umumnya dipanen diumur 5-9 bulan setelah tanam. "Beberapa jenis kimpul dapat mulai dipanen dan memiliki produksi yang tinggi pada umur tujuh sampai delapan bulan," katanya. 

Pengembangan talas kimpul, lanjut Inna, berpotensi dilakukan di lahan di bawah tegakan tanaman perkebunan atau tanaman kehutanan secara tumpang sari. "Dengan naungan 75% menghasilkan produksi umbi lebih tinggi dibandingkan yang tanpa naungan," katanya.

Menurut Dosen Universitas Lampung Solihin, tanaman kimpul ialah tanaman yang bisa dimanfaatkan semua bagiannya, bukan hanya umbinya. "Kimpul itu zero waste. Semua bagian tanamannya bisa dimanfaatkan," kata Solihin.

Inna menambahkan, batang dan daun muda tanaman kimpul bisa digunakan sebagai sayuran dan pakan ternak. "Daun kimpul bisa dirajang-rajang, direbus, dicampur bekatul," kata Inna. 

Sentra produksi tanaman kimpul berada di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Papua Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat. "Di Sumatra Barat, Papua, kimpul biasa digunakan untuk pengganti nasi. Sedangkan di Jawa Barat, Jawa Timur, sudah banyak dilakukan home industry. Dia memiliki nilai tambah, diolah menjadi produk olahan," katanya. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya