Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
Kemajuan teknologi informasi menghadirkan tantangan budaya digital. Sekarang ini wawasan kebangsaan mulai mengabur, sehingga banyak orang melupakan nilai-nilai Pancasila ketika berselancar di media digital.
Adanya perbedaan generasi membuat edukasi nilai-nilai Pancasila perlu disegarkan cara pendekatannya. Tidak harus dengan mendoktrin, tapi memberikan contoh melalui media sosial.
“Pancasila selalu relevan, tapi cara merelevankan yang menjadi tantangan kita. Bisa menggunakan media sosial atau YouTube. Influencer merupakan contoh nyata. Mereka bisa menggunakan karakteristik mereka sebagai perwujudan nilai-nilai kecintaan terhadap Pancasila,” kata Dosen Unika Widya Mandala Surabaya, Yohanes Adven Sarbani di Jombang, Jawa Timur, Jumat (15/7).
Budaya Pancasila selalu bersinonim dengan budaya produktif. Warga Indonesia memiliki Pancasila sebagai budaya dan jati diri bangsa. Sehingga kehadiran media digital harus dimanfaatkan secara produktif.
Nilai-nilai Pancasila bisa dipakai untuk solidaritas dan gotong royong. Sehinnga ruang digital dapat hadir di sini. Ketika pandemi covid-19 misalnya, banyak inisiatif masyarakat memanfaatkan platform media sosial ataupun media digital untuk kegiatan membuat website warga bantu warga dan melakukan kegiatan Jumat berkat. Aksi Ini viral berkat bantuan media sosial.
“Semangat kerelawanan dan gotong royong sulit ditiru, ini yang membentuk bangsa kita. Ini kekuatan kita. Ini budaya kita, budaya Pancasila. Tidak perlu berkoar Saya Pancasila, tapi melalui karya dan inspirasi yang diberikan sudah menunjukkan Pancasilais,” kata Yohanes. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved