Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
Operasi teknologi modifikasi cuaca akan dilaksanakan di Riau mulai Kamis (21/7). Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut.
"Mulanya mau dilaksanakan pekan ini, tapi mundur dari rencana semula untuk menunggu kesiapan pesawat TNI/AU," kata Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC Budi Harsoyo saat dihubungi, Minggu (17/7).
Budi menyatakan, pada Jumat (15/7) lalu pihaknya telah mengirim alat-alat serta bahan semai sebanyak 16 ton NaCl. Dengan demikian operasi TMC sudah siap dilaksanakan.
"Karena ini adalah permintaan dari BRGM, fokus kami akan ke lahan gambut. Tapi tidak berarti kalau ada potensi di tanah mineral lalu kami abaikan. Rencana TMC nanti akan dilakukan 11 hari," pungkas Budi.
Adapun, berdasarkan data yang diakses di laman sipongi.menlhk.go.id, pemantauan satelit NASA-SNPP menemukan bahwa titik panas dengan kategori high confidence terlihat muncul di sejumlah wilayah, yakni Kalimantan Barat, Sumatra Utara, Riau dan Jawa Timur.
Sebelumnya, operasi TMC telah dilakukan di Riau pada April 2022 lalu. Adapun, operasi itu berhasil meningkatkan curah hujan di wilayah tersebut sebesar 15% .
Selain itu, operasi TMC juga dilakukan Sumatra Selatan dan Jambi pada Mei 2022 lalu. Adapun, operasi itu berhasil meningkatkan curah hujan sebesar 29.6% himgga 30,5% untuk wilayah Sumatra Selatan dan 6,7% dan 13,1% untuk wilayah Jambi.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Basar Manullang mengungkapkan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan potensi karhutla di berbagai wilayah.
“Tahun 2022, sejak bulan Januari telah dilakukan upaya-upaya pencegahan karhutla. Upaya pencegahan yang dilakukan antara lain patroli pencegahan karhutla, baik secara mandiri oleh Manggala Agni yang memiliki 34 markas komando, atau secara terpadu bersama anggota TNI, POLRI, Masyarakat Peduli Api (MPA) dan tokoh masyarakat. Penyadartahuan pencegahan karhutla melalui sosialisasi dan kampanye secara langsung dan melalui media,” jelas Basar.
Selain itu, Basar juga mengungkapkan terus berkoordinasi dan komunikasi intensif antar stakeholder terkait pengendalian karhutla dari tingkat pusat, daerah hingga ke tingkat tapak. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui MPA dan MPA-Paralegal bekerjasama dengan BNPB.
“Sejak 2020 melaksanaan Operasi TMC, KLHK bekerjasama dengan multi pihak seperti BMKG, TNI, dan BRIN, begitu pula dengan pemantauan hotspot dan analisis cuaca bekerja sama dengan BRIN dan BMKG,” kata Basar.
“Upaya penanggulangan berupa verifikasi lapangan atau groundcheck pada hotspot dengan high confident level untuk memastikan apakah terjadi kebakaran atau bukan . Pemadaman darat secara dini maupun pemadaman udara dilakukan jika diperlukan terutama di lokasi remote area,” tambah Basar.
Basar menyebutkan sebanyak 2.611.411 Ha lahan terbakar pada tahun 2015, mulai menurun pada tahun 2016 sebesar 83%, tahun 2017 menurun 94%, tahun 2018 menurun 80%, tahun 2019 kejadian karhutla naik tetapi masih lebih kecil dari tahun 2015, tahun 2020 sampai 2022 terus mengalami penurunan.
“Upaya dan integrasi para stakeholder terkait dalam kegiatan pencegahan mampu menurunkan kejadian karhutla secara signifikan. Dua tahun belakangan ini, kondisi iklim yang cenderung basah juga mempengaruhi kejadian karhutla,” terang Basar.
Selama tahun 2022 periode Januari hingga Juli 2022, dari sistem monitoring karhutla web sipongi.menlhk.go.id berdasarkan satelit Terra/Aqua (LAPAN) dengan confident level high terpantau sebanyak 257 titik dengan hotspot terbanyak terdapat di Kalbar 62 titik, Riau 18 titik, Sumut 11 titik, Jambi 7 titik, dan Sumsel 5 titik.
"Mayoritas titik rawan karhutla berupa lahan gambut dan saat ini sudah memasuki musim kemarau sehingga lahan menjadi lebih kering dan mudah terbakar," ucapnya. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved