BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan melakukan budi daya selada laut untuk mengoptimalkan penyerapan karbon di area laut dan pesisir. Adapun, budi daya itu dilakukan di Pusat Bio Industri Laut dan Darat (BILD) Lombok.
"Kita akan dan sedang melakukan upaya optimalisasi penyerapan karbon di laut dan pesisir. Jadi kemarin habis ada proyek coral triangle initiative (CTI) dan kami juga akan manfaatkan selada air untuk carbon capture kita," kata Kepala Pusat BILD BRIN Fahrurrozi saat ditemui di kantornya, Lombok Utara, Rabu (15/7).
Dalam hal ini, BRIN akan bekerja sama dengan Pertamina untuk melakukan budi daya selada air dan menyebarkannya di lautan. Ia menyebut, sejauh ini selada air memang banyak ditemukan di perairan Lombok, namun hanya menjadi biodiversitas liar yang tidak dibudidayakan.
Karenanya, BRIN berinisiatif untuk melakukan budi daya selada air di darat agar kualitasnya lebih terjaga dan terkontrol.
Fahrurrozi belum bisa menyebut potensi penyerapan karbon yang bisa dilakukan oleh selada air. Pasalnya, penelitian masih terus berlanjut hingga saat ini.
"Saya belum tahu jelasnya. Tapi Pertamina memang tertarik untuk membudidayakan itu karena memang selada air dianggap lebih mampu untuk menyerap karbon," ucap dia.
Baca juga: BRIN Dorong Pemanfaatan Teknologi Pengolahan Air Bersih
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidupn dan Kehutanan Siti Nurbaya mengungkapkan, potensk karbon biru yang besar di wilayah pesisir dapat memberikan kontribusi pada pemenuhan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Karenanya, pengelolaan karbon di wilayah pesisir dan laut akan dieksplorasi lebih serius oleh pemerintah.
"Kita akan eksplor. Kita merencanakan akan mengidentifikasi secara tajam mulai dari sekarang. Jadi di bulan Juli kita sudah tahu persis akan seperti apa ekosistem wilayah pesisir ini dalam kotribusi untuk mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca," kata dia.
Siti mengungkapkan, dengan perkiraan sementara, pengurangan emisi tahunan blue carbon bisa mencapai 10% sampai 30%. Hal itu akan memberikan kesempatan yang sangat baik bagi Indonesia untuk melakukan akselerasi dalam mitigasi perubahan iklim dan juga dalam meningkatkan target NDC.
Pemerintah sendiri, kata dia, telah menanam mangrove kurang lebih sebanyak 80 ribu hektare sejak 2010 lalu dan akan terus bertambah menjadi 600 ribu hektare hingga 2024 mendatang. Belum lagi Indonesia yang memiliki wilayah pesisir dan laut yang sangat luas. Hal itu bisa memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap penyerapan karbon.
"Ini adalah peluang untuk mengakselerasi. Kita memiliki ambisi NDC yang lebih kuat untuk persiapan COP-27. Ini tidak bisa asal ngomong, tapi harus dihitung dengan angka-angka yang pas," pungkas dia.(OL-5)