Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Restorasi Gambut dan Mangrove Jadi Prioritas untuk Capai Target NDC

Atalya Puspa
18/4/2022 15:57
Restorasi Gambut dan Mangrove Jadi Prioritas untuk Capai Target NDC
Pembuatan kolam beje sebagai perangkap ikan alami di lahan gambut turut memberi tambahan pendapatan warga.(Ist)

RESTORASI gambut dan mangrove menjadi salah satu poin penting dalam pengembangan ekonomi biru. Hal ini kemudian harus menjadi prioritas agar fungsi dari dua ekosistem tersebut dapat mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dan mencapai target nationally determined contribution (NDC).Berdasarkan data KLHK, Indonesia memiiliki seluas 3,36 juta hektare kawasan mangrove dan 13,9 juta hektare lahan gambut.

Dikatakan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Hartono, berdasarkan studi yang dilakukan IPB University pada 2021 penurunan emisi karbon dari lahan gambut bisa mencapai 182,3 megaton CO2-ekuivalen atau setara dengan 37% dari target penurunan emisi dari sektor forest and land use (folu). 

Baca juga: ISC Ajak Anak-Anak TK dan PAUD Cintai Sains Lewat Lomba Mewarnai

"Angka ini tentu cukup menjanjikan. Karena kalau kita berharap dari sektor folu bisa merealisasikan targetnya sehingga bisa menjadi kan folu sebagai sektor yang bisa mengkonvensi dari sektor lain yang belum bisa memenuhi targetnya," kata Hartono dalam Workshop Blue Carbon Dalam Pembangunan Blue Economy dan Pencapaian Target NDC di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Senin (18/4). 

Selain itu, sebanyak 3,36 juta hektare lahan mangrove yang dimiliki Indonesia diperkirakan bisa menyerap sekitar 3,4 gigaton CO2-ekuivalen atau sekitar 17% dari total cadangan karbon dunia. 

"Ini menjadi potensi untuk kita manfaatkan tapi juga sekaligus menjadi beban untuk memastikan cadangan karbon ini bisa terkelola sehingga tidak terekspos menjadi sumber emisi yang bisa menambah PR NDC kita," imbuh Hartono.

Hartono mengakui, berbagai tantangan memang dihadapi dalam pengelolaan lahan mangrove dan gambut. Diantaranya tingkat deforestasi dan konversi lahan basah yang saat ini masih tinggi, lalu ancaman kebakaran lahan yang sering terjadi di gambut dan mangrove serta banyaknya penggunaan lahan oleh perusaahn besar. 

Namun sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 168 tahun 2022 tentang Rencana Operasional Folu Net Sink 2030, bahwa BRGM ditugaskan untuk melakukan restorasi gambut dan mangrove hingga 2030, maka Hartono optimistis bahwa kegitan restorasi akan sejalan dengan rencana. 

"Saya kira bahwa aspek ekonomi juga harus dipertimbangkan. Karena itu, restorasi gambut ini penting. Tetapi restorasi yang kita lakukan tidak seperti di kawasan konservasi yang serta merta menutup dan mengembalikan pada kondisi awalnya," Beber Hartono. 

"Restorasi yang kita lakukana dalah perbaikan tata kelola air sehingga kelembaban air bisa dijaga, kegiatan ekonomi masih tetap jalan tapi emisi bisa kita kendalikan. Jadi memang tidak bisa 100% kita kembalikan pada kondisi awalnya," tambah Hartono. 

Selain itu, pada rehabilitasi mangrove, di samping akan mengembalikan fungsi perlindungan untuk pesisir dan daratan, pihaknya juga akan membangkitkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan rehabilitasi dan percepatan untuk meningkatkan penyerapan dan stok karbon. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya