Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SEJUMLAH komunitas dan pecinta fotografi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengikuti diskusi buku fotografi jurnalistik berjudul Spektrum Kehidupan di ruang Archimedes Taman Pintar Yogyakarta, kemarin.
Dalam diskusi itu, Kepala Divisi Foto dan Artistik Media Indonesia yang menjadi narasumber, Hariyanto, mengatakan Spektrum Kehidupan ialah buku fotografi jurnalistik yang digarap para juru kamera Surat Kabar Harian Media Indonesia.
Setiap minggu, Media Indonesia punya rubrik foto esai yang menampilkan kisah kehidupan, tidak hanya di Indonesia, tetapi di semua belahan bumi. "Foto-foto itu yang kita bukukan," kata Hariyanto.
Menurut Hariyanto, buku Spektrum Kehidupan lahir untuk menjadi pengingat dan jejak usaha fotografer Media Indonesia, tidak hanya di koran, tetapi juga di buku, seperti kisah ratusan TKI yang telantar di kolong jembatan Kandara, Jeddah, Arab Saudi. "Karena medium antara koran dan buku berbeda," lanjutnya.
Diskusi berjalan sangat a lot dan para peserta berebut mengajukan pertanyaan.
Seperti Zaky, salah satu peserta diskusi yang menanyakan pertimbangan tata letak foto berdasarkan tema kemusiaan dan pertanyaan peserta lainnya yang terkait dengan etika fotografi.
"Pemilihan tempat berdasarkan news value. Di akhir saya biasanya taruh karya-karya yang bersifat satire, seperti wisata derita di Lapindo. Karena kasus lumpur Lapindo sampai belum terselesaikan. Ini sekaligus untuk mengingatkan kita semua bahwa itu belum selesai," katanya.
Jawaban Hariyanto persis seperti yang diungkapkannya tentang tujuan mendokumentasikan jepretan fotografer Media Indonesia menjadi buku Spektrum Kehidupan, yaitu foto bisa menjadi pengingat di masa yang akan datang bahwa pernah terjadi peristiwa di masa lampau.
"Jadi, sayang kalau tidak dijadikan sebuah karya agar dia bisa menjadi hal yang mengingatkan kita bahwa sesuatu pernah terjadi. Dan buku itu sebagai jejak," pungkas Hariyanto. (FU/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved