Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Kesempatan Perempuan Untuk Menjadi Pemimpin di Indonesia Masih Terbatas 

Fetry Wuryasti
07/3/2022 19:18
Kesempatan Perempuan Untuk Menjadi Pemimpin di Indonesia Masih Terbatas 
Webinar Woman in Leadership(Dok. Pribadi)

KEPALA Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kähkönen mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak lebih parah terhadap kaum perempuan, seperti kehilangan pekerjaan hingga jam kerja yang berkurang signifikan. Hal itu salah satunya karena banyak perempuan bekerja di sektor perhotelan dan industri garmen. 

Dalam catatannya, di Indonesia, hanya terdapat separuh perempuan dalam angkatan kerja dibandingkan dengan 80% laki-laki pada usia kerja yang sama. Kemudian, di Asia Timur dan Pasifik, rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan adalah sekitar 60%. 

Sedangkan di Indonesia, partisipasi angkatan kerja perempuan hanya berkisar 50% selama 20 tahun terakhir. Tetapi pada saat yang sama, Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam pencapaian pendidikan, menurunkan tingkat kelahiran dan kesetaraan gender telah dicapai dalam angka partisipasi sekolah bagi anak perempua . 

"Namun, hasil ini belum diterjemahkan ke dalam level ruang pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik bagi perempuan," kata Satu, dalam Webinar ‘Women in Leadership’: Mengatasi Tantangan untuk Menjadi Pemimpin, Senin (7/3). 

Meskipun tingkat kesuburan menurun, sebagian besar wanita keluar dari angkatan kerja ketika mereka menikah. Mereka yang putus kerja, tidak pernah kembali. 

Selanjutnya, porsi perempuan dalam posisi kepemimpinan senior hanya sekitar 23% dan hanya 6% dari CEO dan jajaran direksi di Indonesia adalah perempuan. 

Ini sangat disayangkan karena Studi Global menunjukkan bahwa memiliki lebih banyak wanita dalam posisi kepemimpinan, akan mendorong kemajuan ekonomi dan politik, dengan berbagai alasan 

Pertama, lebih banyak perempuan bekerja akan meningkatkan pasokan tenaga kerja membuat kumpulan bakat bagi pengusaha lebih kompetitif. Kedua, lebih banyak perempuan dalam angkatan kerja mendorong daya saing ekonomi dengan meningkatkan keragaman tingkatan pekerjaan. 

"Keragaman yang lebih besar membantu menghasilkan ide-ide baru berinovasi dan meningkatkan jangkauan tugas yang dapat dilakukan," kata Satu. 

Bukti internasional menunjukan bahwa keragaman gender secara khusus di tingkat level senior dapat meningkatkan kinerja bisnis. Di Indonesia 70% perusahaan yang disurvei oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan, keragaman gender dan kesehatan meningkatkan hasil bisnis. 

Di lapangan, secara global sepertiga perusahaan yang dipimpin wanita sering kali menghasilkan pendapatan dan kinerja perusahaan yang lebih tinggi. Ini dikonfirmasi dari analisis oleh Boston Consulting Group di AS, yang menunjukkan bahwa perusahaan rintisan yang didirikan oleh wanita berkinerja lebih baik dari waktu ke waktu, menghasilkan pendapatan 10% lebih tinggi selama periode lima tahun. 

Studi global lainnya menemukan bahwa CEO dan CFO wanita pertama menghasilkan keuntungan yang lebih dan kinerja harga saham perusahaan yang lebih baik. 

Baca juga : Jelang Dies Natalis ke-46, UNS Tambah Dua Guru Besar FMIPA

"Alasan keempat mengapa penting untuk mendorong partisipasi angkatan kerja perempuan, yaitu ketika wanita memiliki lebih banyak uang, mereka cenderung berinvestasi pada anak-anak mereka. Ini berarti warga negara yang lebih berpendidikan dan lebih sehat dari waktu ke waktu," kata Satu. 

Maka begitu banyak alasan untuk mendorong partisipasi angkatan kerja perempuan dan representasi kepemimpinan perempuan. Jadi dengan semua manfaat ini, Indonesia dapat berupaya meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan meningkatkan keterwakilan perempuan dalam posisi kepemimpinan di Indonesia. 

Faktor penguatnya antara lain, pertama, masih ada kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan. Di sektor formal saat ini, pria berpenghasilan 30% lebih banyak daripada wanita, dan hingga 50% di sektor informal. 

"Maka kesenjangan upah ini harus ditutup dan diterapkan strategi untuk merekrut, mempertahankan dan mempromosikan partisipasi angkatan kerja perempuan," kata Satu. 

Kedua, mendirikan pusat pengasuhan anak dapat membawa dampak positif yang signifikan bagi perempuan yang ingin bekerja, tetapi terkendala oleh tanggung jawab pengasuhan anak. 

Ada bukti yang muncul bahwa kesempatan pengasuhan anak yang terbatas adalah untuk membayar kompensasi bagi perempuan yang berpartisipasi dalam lingkungan. 

Ketiga, memanfaatkan keuangan digital dan menyalurkan produk keuangan dengan dukungan teknis, partisipasi perempuan dapat membantu memacu pertumbuhan perempuan dalam krisis. 

Meskipun Indonesia telah memiliki jaringan pengusaha perempuan yang sangat aktif, perempuan masih terus menjalankan usaha yang lebih kecil dan kurang produktif dibandingkan laki-laki. 

"Ini tidak perlu menjadi kasus seperti yang ditunjukkan oleh bukti global. Jadi secara keseluruhan, menutup kesenjangan gender adalah hal yang benar untuk dilakukan. Tapi itu juga perlu kebijakan ekonomi untuk pembangunan ekonomi dan pemulihan ekonomi," kata Satu. 

Banyak bakat wanita yang belum dimanfaatkan di Indonesia. Adanya kebutuhan untuk mengeksplorasi semua peluang untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi partisipasi dalam representasi pemimpin perempuan, pembuat kebijakan dan peserta angkatan kerja. 

"Ini akan sangat penting untuk memajukan kesetaraan gender dan mencapai sosial ekonomi dan pembangunan," kata Satu. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya