Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Akademisi: Jadikan Agama sebagai Pedoman Perdamaian dan Antikekerasan

Mediaindonesia.com
04/3/2022 09:20
Akademisi: Jadikan Agama sebagai Pedoman Perdamaian dan Antikekerasan
Dosen Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta Dr Amir Mahmud(Ist)

DOSEN Pascasarjana Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta Dr Amir Mahmud menerangkan agama seharusnya berperan menjadi sumber inspirasi bagi perdamaian dan antikekerasan di tengah bangsa Indonesia yang beragam.

"Sebagai orang yang beragama, tentunya harus cinta kepada kedamaian dan menjauhkan dari segala macam hal-hal yang bisa mendatangkan kepada pertikaian perpecahan dan sebagainya," ujarnya di Surakarta, Jawa Tengah, seperti dilansir Antara, Rabu (2/3).

Dosen Pascasarjana Bidang Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam itu melanjutkan bahwa semua agama di dunia ini membawa pesan perdamaian dan antikekerasan, sehingga sudah semestinya masyarakat Indonesia yang beragama dan religius ini dapat menjadikan agama sebagai pedoman perdamaian.

"Kita semua seluruh umat beragama mengetahui bahwa semua agama yang ada di dunia ini memiliki pesan perdamaian dan antikekerasan," kata Amir.

Sebagai orang yang pernah hidup di daerah konflik yaitu di Afghanistan, Amir juga membagikan pengalamannya tentang betapa berharganya hidup di tengah bangsa yang damai.

"Begitu sulitnya kita sebagai manusia untuk melakukan komunikasi dan untuk beraktivitas di dalam kehidupan bermasyarakat (di tengah konflik). Selalu ada rasa ketakutan, rasa ketidaknyamanan, bahkan permusuhan terhadap satu sama lainnya," terang Direktur Amir Mahmud Center yang bergerak dalam bidang kajian Kontra Narasi dan Ideologi dari paham Radikal Teroris itu.

Menurut dia, konflik-konflik yang menyeruak di berbagai negara banyak dipicu oleh kepentingan politis dan kurangnya rasa menghargai terhadap perbedaan. Kondisi seperti itulah yang seringkali berujung pada kehancuran dan kerugian bagi diri sendiri dan masyarakat luas.

Untuk itu, masyarakat Indonesia harus banyak belajar dari berbagai konflik yang ada di berbagai negara. Jangan sampai masyarakat mudah diadu domba dan dipecah belah oleh kepentingan politis dan juga perbedaan yang dapat menimbulkan konflik.

Apalagi di era post-truth dan media sosial saat ini, masyarakat cenderung sering terlibat kepada perselisihan dan praktik intoleransi yang kerap menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

"Persoalan bangsa kita, mereka ini saling menghujat, saling mengklaim hingga di media massa dan media sosial. Tentunya ini adalah satu sikap bujur dari kepentingan kelompok lebih utama daripada kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara," jelas peraih doktoral bidang studi Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.


Baca juga: Kemenag Segera Lakukan Penguatan Peran Masjid


Menurutnya, perlu ada cara efektif untuk menyadarkan masyarakat betapa berbahayanya merawat egoisme demi kepentingan kelompok maupun politis, agar tidak mudah terprovokasi maupun diadu domba oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, seluruh komponen masyarakat harus dapat mengontrol dirinya. Jangan mudah terprovokasi ataupun adu domba yang diembuskan oleh kelompok-kelompok yang tidak suka adanya perdamaian yang ingin menghancurkan bangsa.

Ia juga menambahkan pentingnya peran aparat negara dan penegak hukum untuk memberikan tindakan tegas kepada oknum yang dinilai kerap melakukan provokasi di masyarakat.

"Kami memohon kepada pihak-pihak aparat keamanan untuk menindak tegas terhadap siapapun orang ataupun kelompok yang melakukan perbuatan provokasi di masyarakat, terlebih ada juga pihak yang bersumbu pendek," katanya.

Selain pentingnya pengendalian diri dan peran aparat penegak hukum, Amir menilai tanggung jawab menciptakan perdamaian merupakan tanggung jawab semua pihak, terutama para tokoh agama dan juga tokoh masyarakat sebagai ujung tombak kekuatan yang ada di masyarakat.

"Negara ini bisa hancur kalau para tokohnya tidak bisa memberikan pengertian kepada masyarakatnya bahwa segala macam perbedaan yang ada itu merupakan sunnatullah atau keniscayaan," katanya.

Menurutnya, di tengah kondisi sosial masyarakat yang plural ini, perbedaan doktrin, ibadah, dan simbol keagamaan idealnya tidak dipahami sebagai tembok pemisah apalagi alat untuk mendiskreditkan kelompok agama lain.

"Dengan begitu, maka agama akan menjadi inspirasi persatuan dan perdamaian, alih-alih sumber konflik dan kekerasan," ujarnya.

Terakhir, Amir menyampaikan pesannya kepada masyarakat agar senantiasa menjaga perdamaian tanpa adanya perang dan kekerasan di negeri yang penuh keragaman.

"Ketika ada perbedaan, tentunya untuk senantiasa saling bisa menerima berlapang dada atas perbedaan yang Allah berikan kepada negara Republik Indonesia yang kita cintai ini," ujarnya. (Ant/S-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik