Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
“SAYA pilih pakai (metode) suntik karena kalau saya dengar dari banyak teman, pil banyak efeknya, dari mual sampai gemuk, dan jerawat,” ungkap Fauzia Sali, seorang ibu rumah tangga asal Serpong, Tengerang, Jawa Barat.
Fauzia merupakan salah satu di antara banyak perempuan yang lebih percaya mitos tentang pil kontrasepsi hormonal atau yang kerap disebut pil KB (Keluarga Berencana). Padahal, efektivitas pil tersebut dalam mencegah kehamilan sangat tinggi.
Namun, akibat mitos-mitos yang beredar, hingga saat ini tingkat penggunaan pil KB di beberapa negara dunia termasuk Indonesia masih rendah, kalah dari pemakaian metode sterilisasi, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kondom.
Di Indonesia saat ini, penggunaan pil KB baru mencapai 13,6% dari seluruh penggunaan alat kontrasepsi. Sementara itu, di Asia baru 6,4% perempuan yang memilih pil KB. Thailand menjadi negara dengan jumlah pengguna tertinggi, yakni mencapai 35%.
“Kebanyakan dari perempuan meyakini banyak dampak negatif bila menggunakan pil kontrasepsi hormonal. Padahal, dampak itu tidak akan terjadi bila penggunaannya tepat. Apalagi saat ini inovasi telah dilakukan dalam hal dosis hingga efek negatif juga semakin minim,” ungkap dokter spesialis bidang obstetri dan ginekologi, Boy Abidin, dalam diskusi bertema Fakta dan Mitos Pil Kontrasepsi Hormonal, di Jakarta, Selasa (24/5)
Dokter Boy menjelaskan berbagai kekhawatiran akan dampak negatif pil KB tidak terbukti. Sebaliknya, penggunaan pil kontrasepsi hormonal yang tepat dan konsisten memiliki dampak positif. Yakni menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium (lapisan rahim). Hal itu terjadi dari efek penekanan ovulasi (pelepasan sel telur matang dari indung telur).
“Akan lebih besar manfaatnya, mencapai 50%, bagi mereka yang menggunakan secara konsisten dalam jangka panjang,” tambah Boy.
Hanya 24 jam
Dijelaskan olehnya, penggunaan pil kontrasepsi hormonal memiliki dampak buruk pada tubuh. Hal tersebut disebabkan efek dari setiap pil hanya ada selama 24 jam setelah pemakaian. Hormon akan kembali normal dengan cepat apabila penggunaan dihentikan atau dilakukan pada waktu yang salah.
“Itu juga salah satu alasan, banyak yang merasa repot karena harus minum pil tiap hari secara terjadwal. Padahal, bila sudah mengerti cara, ketentuan, serta pengaturannya bila terjadi keterlambatan minum. Itu bisa diatasi,” tambah Boy.
Selain menekan potensi kanker, pil kontrasepsi hormonal memiliki dampak nonkontrasepsi positif lainnya, yakni menekan sindrom premenstruasi (PMS) dan gangguan premenstrual dysphoric disorder (PMDD atau PMS yang lebih parah).
“Itu semua bisa terjadi karena kerja utama pil ialah dengan mengubah fluktuasi hormonal dalam siklus menstruasi perempuan,” tambah Boy.
Meski demikian, ditambahkan Boy, penggunaan pil KB harus dilakukan dengan tepat melalui konsultasi dengan dokter. Hal tersebut dilakukan guna menekan risiko kegagalan pencegahan kehamilan serta efek lain pada tubuh yang mungkin muncul pada kondisi tertentu.
“Misalnya mereka yang menderita obesitas, hipertensi, merokok, serta memiliki riwayat penyakit dan penggunaan obat tertentu. Harus melalui pengecekan lebih dalam,” tutupnya. (Pro/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved