Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Metode Deteksi Kanker 'Sadari' yang Digencarkan YKPI Tuai Apresiasi

Widhoroso
09/2/2022 22:48
Metode Deteksi Kanker 'Sadari' yang Digencarkan YKPI Tuai Apresiasi
Ketua YKPI Linda Agum Gumelar(DOK YKPI)

UPAYA Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) menggencarkan deteksi dini kanker payudara melalui Periksa Payudara Sendiri (Sadari) mendapat apresiasi dari Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi). Sadari merupakan salah satu metode deteksi dini, selain Periksa Payudara Secara Klinis (Sadanis) yang dilakukan dengan meraba area payudara satu kali setiap bulannya.

"Tidak seperti kanker rahim yang sudah memiliki metode papsmear, kanker payudara belum memiliki vaksin atau langkah pencegahannya. Karenanya program Sadarai yang diberikan YKPI untuk mencegah kanker yang berkelanjutan, sehingga pasien datang pada stadium awal bukan stadium lanjut," ujar Pengurus PP Peraboi Bidang Onkologi Sosial dan Pengabdian Masyarakat, dr. Abdul Rahman, SpB(K)Onk dalam kegiatan "Talkshow Kanker Payudara dan Kanker Tiroid: Kiprah YKPI dan Pita Tosca' yang berlangsung diu di sela-sela Mukmatar Peraboi 2022 di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (9/2).

Ia mengatakan deteksi dini kanker payudara melalui Sadari dinilai penting dilakukan agar kanker diketahui saat masih berada di stadium awal. Pasalnya, ketika sudah memasuki stadium lanjut, penanganan kanker payudara semakin sulit, dan peluang bertahan hidup semakin kecil.

Ketua PP Peraboi, dr. Walta Gautama menyebut, saat ini 65%-70% pasien kanker payudara datang ketika sudah memasuki stadium tiga hingga empat. "Di Indonesia, seorang wanita begitu ada benjolan, dia butuh waktu 1-3 bulan untuk datang ke dokter atau tenaga kesehatan. Sedangkan dari diagnosis diduga kanker sampai datang ke tempat pengobatan butuh waktu 9-13 bulan," ungkap Walta.

Dikatakan Walta, Indonesia belum memiliki regulasi terkait penanganan penyakit prioritas. Akibatnya, masyarakat sering kali tidak memiliki informasi apapun ketika pertama kali terkena kanker payudara.

"Seharusnya, seorang pasien begitu terdiagnosis dini melalui Sadari, dia tahu harus ke mana. Namun saat ini alurnya belum ada. Karena itu, masing-masing provinsi dan kabupaten, harus memiliki rumah sakit rujukan untuk penyakit prioritas," ujar dr. Walta.

Di sisi lain, Ketua YKPI Linda Agum Gumelar dalam pemaparannya menjelaskan pihaknya gencar mengampanyekan praktik Sadari sejak 2019. Kegiatan ini menyasar kalangan masyarakat awam dan tenaga kesehatan. "Sampai dengan 2022, jumlah peserta yang telah mengikuti kegiatan ini sebanyak 555 peserta secara luring dan 397 peserta secara daring," jelas Linda.

Selain kampanye Sadari, lanjut Linda, YKPI juga memiliki sejumlah program kegiatan seputar kanker payudara, seperti pelatihan pendamping pasien kanker payudara bersertifikat, virtual talkshow, dan rumah singgah. "Rumah singgah bertujuan membantu pasien kanker payudara yang sedang rawat jalan peserta BPJS kelas III untuk mendapatkan fasilitas penginapan," terang Linda.

Dalam rangkaian kegiatan di Manado, YKPI telah memberikan pelatihan TOT Sadari yang diikuti 183 peserta dari Tim Penggerak PKK, Dharma Wanita, BKN Provinsi Sulawesi Utara dan dari berbagai daerah lainnya. Dalama kegiatan ini, dr. Santy Gultom dan Nani Firmansyah menjadi  narasumber memberikan penjelasan tentang bagaimana cara praktek Sadari.

"Tujuan TOT ini untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara dan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya skrining dan deteksi dini kanker payudara. Diharapkan para peserta yang sudah mengikuti TOT ini dapat menyebarluaskan di lingkungannya masing-masing baik di organisasi maupun di masyarakat agar masyarakat peduli untuk melakukan Sadari setiap bulan," jelas Linda. (RO/OL-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya