Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Alat Uji PCR masih Akurat Deteksi Kasus Positif Mutasi Varian Covid-19

Ferdian Ananda Majni
03/2/2022 06:57
Alat Uji PCR masih Akurat Deteksi Kasus Positif Mutasi Varian Covid-19
Ilustrasi(AFP)

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan meskipun covid-19 telah bermutasi dalam berbagai varian, namun masih dapat diidentifikasi menggunakan alat uji diagnostik Polymerase Chain Reaction (PCR) yang beredar saat ini. World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa salah satu alat uji diagnostik seperti PCR masih mampu mendeteksi virus covid-19 apapun variannya.

"Termasuk di Indonesia, kembali saya tegaskan bahwa sampai saat ini PCR yang beredar masih efektif untuk mendeteksi orang yang positif covid-19. Hal ini tentunya tidak terlepas dari cara kerja PCR, yaitu dengan mendeteksi materi genetik virus," kata Prof Wiku dalam keterangannya dilansir Kamis (3/1)

Dia menyebut agar masyarakat lebih mudah memahami, tentunya upaya edukasi secara rinci bagaimana cara kerja metode alat uji PCR dan upaya lanjutan dengan whole genome sequencing (WGS) dalam menentukan varian virus covid-19.

"Untuk metode PCR bekerja dengan mencocokkan gen target PCR dengan kode genetik virus. Kode genetik virus ini ada yang mudah berubah karena seperti  gen S yang menyandi spike atau tangan-tangan virus. Sedangkan gen yang cenderung tetap misalnya gen E dan N," sebutnya.

PCR sendiri dapat terdiri dari satu atau lebih gen target. Namun, untuk PCR yang hanya memiliki 1 target gen S saja, kini sudah tidak direkomendasikan WHO. Karena, gen S virus sangat mudah berubah. Yang direkomendasikan WHO ialah PCR dengan lebih dari 1 target dengan target gen yang cenderung tetap.

"Contohnya seperti Omikron, membutuhkan upaya lanjutan menggunakan metode WGS dalam menentukan varian. Dikarenakan Omikron adalah varian dengan perubahan pada gen S yang sangat besar. Sehingga dengan PCR yang beredar saat ini tidak dapat mendeteksi gen S pada varian Omikron," paparnya.

Jika menggunakan PCR dengan lebih dari 1 target gen pada Omikron, maka hasil yang dimunculkan adalah gen S tidak terdeteksi, sementara gen lain terdeteksi. Lebih jelasnya, PCR dengan target gen S, N, dan E, hanya gen S yang tidak akan terdeteksi, sementara gen E dan gen N terdeteksi. Hasil seperti ini yang disebut sebagai S gene target failure (SGTF).

PCR juga tidak dapat mengenali keseluruhan kode genetik virus satu per satu. Sehingga PCR tidak dapat pula mengenali atau membedakan varian virus. Oleh sebab itu, hasil SGTF pada PCR tidak dapat menjadi kesimpulan identifikasi suatu varian. Sehingga dibutuhkan upaya melalui metode pengujian WGS.

Cara kerja WGS berbeda dengan PCR. Apabila PCR hanya dapat mengenali gen yang menjadi targetnya saja, WGS mengurutkan kode genetik virus satu per satu secara keseluruhan dari awal hingga akhir. Melalui kode genetik utuh tersebut varian dapat dikenali dan dibedakan.

Sementara itu, saat ini sudah muncul salah satu jenis varian Omikron, yang disebut sebagai BA.2. Omikron BA.2 bukanlah varian baru dan masih masuk sebagai varian Omikron. Selain BA.2 terdapat tiga jenis varian Omikron lainnya yaitu B.1.1.529, BA.1, dan BA.3.

Yang berbeda adalah, perubahan yang terjadi pada gen S Omikron lainnya, tidak terjadi pada BA.2. Sehingga, gen S pada BA.2 masih terdeteksi oleh PCR dan tidak memunculkan hasil SGTF. Dengan kata lain, hasil PCR Omikron BA.2 sama dengan varian lainnya meskipun BA.2 merupakan varian Omikron.

Prof Wiku mengingatkan kembali apapun varian yang beredar, hal yang terpenting untuk dilakukan adalah mengidentifikasi orang positif covid-19 agar rantai penularan dapat diminimalisir. Mengidentifikasi dan memisahkan orang yang terinfeksi covid-19, menjadi langkah penting untuk mencegah meluasnya penularan yang berpotensi menimbulkan lonjakan kasus.

"Dengan memutus rantai penularan, potensi lonjakan kasus dapat dicegah. Dalam hal ini, PCR masih efektif untuk mengidentifikasi orang yang positif covid-19 apapun variannya," pungkas Prof Wiku. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya