KOMUNIKASI menjadi bagian terintegrasi dari kebijakan kementerian/lembaga di era digital. Komunikasi yang efektif penting untuk memastikan kebijakan yang dirumuskan dapat dipahami oleh masyarakat luas.
Sayangnya, siaran Pers yang dipublikasi saat ini dinilai kurang menarik. Kementerian/lembaga sering kali berfokus pada seremonial daripada substansi. Hal tersebut berdampak pada tingkat keterbacaan konten komunikasi yang rendah.
"Kalau dicermati, humas kementerian/lembaga punya peran strategis dalam menyampaikan kebijakan pemerintah. Hanya saja konten yang dihasilkan secara bentuk belum menarik dan secara kualitas masih kurang. Itu berakibat pada tingkat keterbacaan dari kanal-kanal pemerintah masih rendah" ujar Direktur Pengelolaan Media Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Nursodik Gunarjo saat membuka bimbingan teknis (bimtek) penulisan siaran pers untuk pranata humas dari kementerian/lembaga di Depok, Jawa Barat, Kamis (27/1). Ajang ini diikuti 37 peserta dari 24 kementerian/lembaga.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Philip Gobang menyoroti tiga aspek penting dalam proses pembuatan siaran pers.
"Siaran pers menyediakan informasi awal dan penting menyampaikan hal-hal dari kebijakan terbaru dari K/L (kementerian/lembaga)," ujar Philip. Setidaknya terdapat tiga aspek penting dalam penulisan siaran pers yaitu kecepatan, ketepatan dan akurasi.
Melihat kemiripan aspek penulisan siaran pers dengan karya jurnalistik, Kemenkominfo menghadirkan narasumber profesional dari Media Indonesia yaitu redaktur opini Eko Suprihatno, redaktur ekonomi Raja Suhud, dan redaktur bahasa Donny Tjiptonugroho.
Kegiatan ini bertujuan memberikan insight bagi insan humas dalam menulis siaran pers yang baik. Tiga poin utama yang perlu diperhatikan adalah penentuan sudut pandang, pemilihan kalimat yang efektif dan penentuan judul yang menarik.
Penentuan sudut pandang
Penentuan sudut pandang, papar Eko, merupakan aspek krusial yang menentukan alur sebuan siaran pers. Guna menyusun siaran pers yang menarik, penulis dapat menentukan sudut pandang berdasarkan tiga kriteria; pertama, penentuan sudut pandang dapat dimulai dengan penggunaan matriks 5W+1H. Matriks tersebut selanjutnya dapat dikembangkan melalui gabungan pertanyaan kombinasi misalnya who + when + why + how.
Kedua, penentuan sudut pandang perlu didukung dengan ketersediaan data dan fakta. Hal tersebut penting agar siaran pers menjadi lebih informatif.
"Terakhir, keputusan memilih sudut pandang perlu mempertimbangkan news value di antaranya aktual, ketokohan, pertama kali, dan magnitude. Terpenuhinya aspek news value membuat siaran pers menjadi lebih menarik untuk diangkat oleh media," tandasnya.
Sementara itu, judul merupakan hal pertama yang dilihat pembaca dari siaran pers. Sehingga, judul menjadi aspek penting untuk menarik minat pembaca. Judul yang baik harus singkat, menarik dan menggambarkan isi konten.
Siaran pers terdiri dari sekumpulan paragraf, kalimat dan kata. Pemilihan kata yang tepat mampu memudahkan pembaca dalam menyerap infomasi. Penulis juga perlu memiliki kemampuan untuk membuat sebuah kalimat dan paragraf yang efektif. Kalimat yang efektif dapat terpenuhi melalui pemilihan diksi yang tepat, tidak berbelit-belit dan tidak bias. (O-2)
Peserta Bimbingan Teknik Penulisan Siaran Pers Ditjen IKP Kominfo