Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pencegahan Stunting Harus Dimulai dari Calon Pengantin

Atalya Puspa
06/1/2022 10:52
Pencegahan Stunting Harus Dimulai dari Calon Pengantin
Ilustrasi -- Pernikahan(Paxel/Medcom.id )

Stunting dan anemia masih menjadi permasalahan di Indonesia. Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hardinsyah merekomendasikan bahwa pencegahan stunting sebaiknya berfokus mulai dari calon pengantin hingga anak lahir berusia dua tahun sesuai keunikan tumbuh kembang masing-masing.

“Tidak cukup hanya 1.000 hari pertama kehidupan karena calon orang tua harus diberi bekal mengenai optimalisasi gizi keluarga sejak akan menikah. Rekomendasi kedua, perlu penguatan kebijakan penurunan angka stunting. Kebijakan yang sudah ada saat ini sudah baik, namun lemah dalam upaya konvergensi terutama tatanan kabupaten/kota sampai desa dan RW,” kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (6/1).

Sedangkan untuk kasus anemia, Safarina G. Malik dari Lembaga Eijkman memaparkan berbagai hasil kajian mengenai anemia gizi dan non gizi di Indonesia. Anemia tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat besi saja, namun penyakit infeksi seperti malaria, tuberkulosis, hingga genetik dapat menjadi penyebabnya.

"Sama seperti stunting, program penanganan anemia tidak bisa disamaratakan, dan perlu melihat hal utama yang menjadi penyebab kasus anemia di setiap daerah," ucapnya.

Sementara itu, Spesialis Gizi Klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Widjaja Lukito. Ia menjelaskan pentingnya pendekatan  ekonutrisi, yaitu menilik bagaimana lingkungan, kesehatan, dan status gizi saling berhubungan. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam penanganan anemia dan stunting.

Pada sesi sosialisasi pakar di fase kegiatan kedua yang diadakan 8 September 2021 membahas rekomendasi untuk penuntasan masalah anemia gizi, anemia non-gizi, dan stunting yakni dengan melibatkan semua pihak. Rujukan berjenjang perlu dilakukan baik pada tingkat komunitas melalui posyandu, puskesmas maupun rumah sakit dengan inovasi berbasis potensi lokal hingga pemberian Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus ( PKMK).

Guru Besar Fakultas Peternakan UGM Ali Agus turut berbagi pengalaman dalam melakukan kolaborasi antara Fakultas Peternakan dan FK-KMK UGM dan Dinas Kesehatan Kab Sleman dalam kegiatan Pencegahan Rawan Stunting di Kabupaten Sleman dengan penggunaan telur fungsional.

Dalam penelitian itu, ia membuat kegiatan terintegrasi antara pangan kesehatan  kesejahteraan masyarakat. Sementara telur dipilih karena kandungan gizinya yang lengkap, terjangkau, relatif diterima masyarakat dan bisa dikonsumsi harian.  (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya