Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Diskusi seni rupa bertajuk Hermenetika dan Jalan Seni dalam rangka merespons pameran tunggal perupa Aidil Usman “Homo Animus Series” diselenggarakan Senin (27/12) di Agenkultur Foundation, Kampung Babakan Binong, Tangerang. Diskusi dengan pembicara Damhuri Muhammad dan dimoderatori oleh Esha Tegar Putra ini membahas mengenai bagaimana pendekatan hermeneutika digunakan dalam menelaah karya seni khususnya seni rupa.
Damhuri dalam diskusi tersebut menjabarkan mengenai kesejarahan dan kemunculan hermeneutika sebagai sebuah teori yang kerap digunakan sebagai alat pembedah karya seni. Ia mengatakan bahwa terori tersebut memang dimaksudkan untuk memahami makna tersirat dalam sebuah teks. Dalam bidang keilmuan, terang Damhuri, hermeneutika merupakan terori sosial yang berusaha mengimbangi cara kerja sains atau ilmu pasti. “Dalam hermeneutika terdapat kerangka kerja, atau disiplin, yang membuat ilmu humaniora menjadi akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” tegasnya.
Dalam lukisan Aidil Usman, menurut Damhuri, melalui pembacaan hermeneutika penikmat seni dapat melihat gambaran dari hasrat binatangisme atau animal simbolikum yang ada dalam diri manusia. Ia mengatakan bahwa sebenarnya hasrat binangisme ini sudah dimunculkan dalam karya seni sejak dari lama. Tidak hanya itu saja, dalam pengisakan dalam kitab, atau mitos-mitos yang berkembang di berbagai belahan dunia hasrat tersebut juga kerap tampak. “Tapi Aidil melalui lukisannya makin menegaskan bahwa hasrat tersebut ada sampai hari ini. Aidil melakukan pembacaan melalui basis sosial budaya terkadap konstelasi politik hari ini,” kata Damhuri.
Diskusi tersebut berlangsung hangat dan dihadiri oleh banyak seniman serta mendapat respon yang baik atas pembacaan Damhuri. Salah satu respon tersebut datang dari Adikara Rachman, peruopa yang juga merupakan pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti dalam diksusi tersebut bahkan mengungkapkan bahwa tradisi hermeneutik harusnya juga menyentuh sesuatu yang irasional. Menurutnya, tradisi timur termasuk dalam proses penciptaan karya seni banyak menghadirkan sesuatu yang irasional.
Pameran tunggal Aidil Usman “Homo Animus Series” merupakan bagian dari Parade Pameran 51 Perupa yang diselenggarakan di puluhan studio dan art space di Jabodetabek. Parade ini juga merupakan gambaran dari kegigihan para seniman dalam berkarya di tengah keterbatasan hari ini. William Robert yang merupakan inisiator parade pameran ini di akhir diskusi mengungkapkan bahwa puluhan seniman merespon niatan ini dengan menggunakan pembiayaan pribadi masing-masing. Pameran ini sendiri berlangsung dari 2 Desember 2021 hingga 2 Februari 2022. (OL-12)
MK menolak lima gugatan yang diajukan sejumlah pemohon berkaitan dengan pengujian formil dan materiil UU TNI
selama ini lebih dari 50% lembaga di Indonesia sudah memberikan layanan menggunakan UU TPKS.
Kegiatan ini juga sekaligus untuk mengkampanyekan 'Zero Emmision Fund' yang menjadi inisiatif dari perusahaan tersebut
Gajah Tidur yang Terbangun: 50 Tahun Inovasi Digital Metrodata.
Fenomena demokrasi cukong merupakan bentuk nyata dari kolaborasi antara oligarki partai politik dan kapitalis.
Tujuan retret ini adalah untuk memperdalam pemahaman tentang pengalaman hidup minoritas Muslim yang beragam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved