Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting

Agus Utantoro
24/12/2021 16:32
Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Stunting
ilustrasi(DOK MI)

PARA peneliti di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat deteksi dini stunting. Alat yang dinamai GAMA-KiDS merupakan sebuah kit yang terdiri dari tikar untuk mengukur panjang badan, cakram ukur status gizi panjang badan menurut usia (PB/U), dan buku petunjuk penggunaan.

"Pengembangan GAMA-KiDS tidak lepas dari isu stunting yang telah menjadi spotlight sejak beberapa tahun belakangan bahkan pada masa pandemi Covid-19," Siti Helmyati, peneliti yang mengembangkan GAMA-KiDS, Kamis (23/12).

Ia mengatakan salah satu kunci dalam upaya mengatasi stunting adalah kecepatan deteksi dini yang umumnya dilakukan oleh kader posyandu. Menurut Siti, stunting merupakan kondisi tinggi atau panjang badan anak  yang kurang dari 2 standar deviasi dari rerata tinggi atau panjang badan kelompok usianya. Stunting dapat berdampak pada penurunan kemampuan kognitif, sistem imun yang lemah, dan perkembangan emosional yang kurang.

"Apabila seorang anak stunting tidak segera dilakukan upaya perbaikan status gizi, di masa dewasa ia tidak akan menjadi orang yang produktif, mudah sakit, dan menjadi beban baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan negara," terangnya.

Upaya deteksi dini stunting, menurut katanya, masih menghadapi sejumlah kendala. Belum semua kader di posyandu mampu melakukan deteksi dini stunting. Selain itu, tidak semua daerah memiliki alat ukur panjang badan yang valid.

Banyak alat ukur panjang badan yang digunakan dibuat sendiri secara swadaya oleh masyarakat dan belum teruji validitasnya. Pada masa pandemi, kondisi ini semakin parah karena banyak posyandu ditutup untuk mencegah penularan sehingga kader posyandu harus mendatangi rumah-rumah balita untuk melakukan pengukuran.

GAMA-KiDS pertama kali dikembangkan pada 2019 dan diteliti lebih lanjut pada 2020 dan 2021 melalui pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan diuji coba pada posyandu di Yogyakarta dan Aceh.

Sebelum diberikan kepada kader posyandu, tim peneliti terlebih dahulu melakukan expert judgement, suatu tahapan penelitian dengan melakukan wawancara pada beberapa pakar di bidang antropometri dan pengembangan media promosi kesehatan. Alat ini memiliki karakteristik portable, aman, dan ramah anak dan terdiri dari tikar sepanjang 100 cm dan ketelitian 0,1 cm serta desain yang menarik bagi anak.

"Desain alat juga dipastikan tidak terdapat ujung yang tajam sehingga aman bagi anak. Selain itu, terdapat cakram ukur status gizi yang didesain khusus untuk anak usia 0-24 bulan," papar Siti.

Pengembangan GAMA-KiDS masih dilakukan hingga saat ini, termasuk melalui uji coba di berbagai Posyandu di Indonesia serta pengembangan desain alat dengan bantuan tim peneliti di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Perangkat ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting. Di saat berbagai Posyandu kesulitan dalam memperoleh alat ukur panjang badan yang valid.

GAMA-KiDS dapat menjadi salah satu solusi, tidak hanya membantu kader mengukur panjang badan, namun juga memudahkan kader Posyandu melakukan deteksi dini stunting. "Harapannya GAMA-KiDS dapat dikembangkan lebih lanjut dan menjadi produk unggulan tidak hanya di Universitas Gadjah Mada namun juga Indonesia," ucapnya. (OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya