Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Presiden kepada NU: Terima Kasih Telah Mengawal Kebangsaan

Andhika Prasetyo
22/12/2021 13:30
Presiden kepada NU: Terima Kasih Telah Mengawal Kebangsaan
Presiden RI Joko Widodo(ANTARA)

PRESIDEN Joko Widodo menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Nahdlatul Ulama (NU) yang senantiasa mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Ucapan terima kasih itu ia utarakan saat membuka Mumtamar ke-34 NU di Lampung, Rabu (22/12).

Baca juga: Rayakan Hari Ibu, Momong Hadir Dampingi Perjalanan Awal Seorang Ibu

"Terima kasih sebesar-besarnya kepada NU yang terus mengawal kebangsaan, mengawal toleransi, mengawal kemajemukan. Kita harap, dengan itu semua, kita bisa terus menjaga dan merawat bangsa dan negara kita yang kita cintai ini," ujar Jokowi.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengaku bersyukur bisa hidup di negara yang memiliki semangat toleransi sangat tinggi.

Rasa syukur tersebut datang dari sebuah pengalaman berharga yang ia lewati saat masih bersekolah di Arab Saudi.

Negeri Petrodollar itu tidak bisa meleburkan semangat agama dalam hal ini Islam dan nasionalisme secara baik.

"Belasan tahun di Arab Saudi membuat saya menghayati arti NU untuk Indonesia dan dunia. Dengan segala hormat, di sana, agama tidak menjadi unsur aktif dalam mengisi makna nasionalisme. Bila anda membaca sejarah dan naskah konstitusi Arab Saudi, anda akan segera tahu betapa mahal dan berharganya naskah pembukaan UUD 1945 yang kita punyai," ucap Said.

Hal itu jelas sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Tanah Air. Indonesia bisa menyatukan dan menghormati spirit keislaman dan nasionalisme secara bersamaan.

Itu terlihat dari perjuangan yang dilakoni KH Hasyim Asy'ari yang juga pendiri NU.

"Beliau pejuang Islam, dan dalam waktu yang sama juga pejuang nasionalis. Di Timur Tengah, tidak banyak kita jumpai seperti itu. Sangat jarang ditemukan nasionalis yang sekaligus ulama. Akibatnya, nasionalisme dan agama sering kali bertentangan lalu lahirlah satu demi satu konflik sektarian," jelasnya.  (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya