Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Dulu Ditakuti, Kini Disegani

MI
03/12/2021 06:20
Dulu Ditakuti, Kini Disegani
Indra mengembangkan keterampilannya dengan membuat tangan palsu.(MI/Wandari Putri)

DI teras bengkelnya, Indra memamerkan beberapa kaki palsu buatannya, termasuk kaki yang selalu ia gunakan untuk bepergian. Diselimuti celana jins panjang, kaki palsunya ini dilengkapi kunci sloot di bagian pinggir kedua lututnya untuk memudahkan ketika berjalan. Berat kaki palsunya mencapai 10 kg agar memudahkannya melangkah.

"Kalau ringan tentu saat jalan akan terasa melayang. Sebaliknya, jika beratnya lebih dari itu, akan susah berjalan. Jadi harus disesuaikan," kata Indra.

Dalam menjalani kehidupannya, kini Indra tak merasa berbeda dengan lainnya. Ia telah ikhlas dengan takdir yang diberikan Tuhan. Ia justru sangat bersyukur lantaran kecelakaan itu membuatnya sadar bahwa kehidupan di jalanan sangat keras.

Pengalaman ialah guru terbaik benar-benar menjadi pengingat bahwa kesalahan yang pernah dilakukan tidak terulang kedua kalinya. Ia mempelajari dan berpikir setiap kejadian ada hikmah tersendiri.

"Saya beryukur, bahkan saat mau bangkit saya mikir mungkin kaki saya diambil sama Allah agar saya tidak hidup di terminal. Di terminal kehidupannya keras," ungkap Indra.

Rasa syukur itu seiring dengan rasa menyesalnya telah 14 tahun hidup di jalanan setelah lulus SD. Ia juga tak menurut perkataan orangtuanya. Sebagai seorang preman terminal, nama Indra sangat ditakuti banyak orang, termasuk sopir angkutan.

"Waktu masih normal, kepikirannya cari duit di terminal, makan, tidur pun diterminal, tinggal minta duit ke sopir-sopir. Kalau enggak mau kasih, tinggal pukulin," kenang Indra.

Namun, hal itu kini berbanding terbalik dengan apa yang dilakukannya sekarang. Ia lebih fokus untuk membantu sesama bahkan Indra terus memotivasi kepada disabilitas tunadaksa lainnya khuusnya yang baru mengalami amputasi, baik karena kecelakaan maupun karena penyakit, seperti dibetes dan stroke.

Indra menyatakan kehilangan anggota tubuh karena amputasi cenderung lebih sulit untuk menerima keadaan lantaran harus beradaptasi terlebih dahulu. Bahkan tak jarang mereka stres dan frustrasi. Pemberian motivasi itu biasanya ia lakukan ketika menerima pesanan.

Namun, perjalanan tobat sepertinya tak selalu mulus. Meski sudah berubah, ia kerap mengalami tuduhan negatif dan fitnah sebagai komplotan maling. "Saya mau ngambil besi atau TV bagaimana orang enggak punya kaki begini," ucapnya menanggapi tuduhan sebagai bagian dari komplotan maling.

Kegigihan Indra selama beberapa tahun kini membuahkan hasil, ia tak lagi ditakuti, malah jutru disegani. Orang yang sebelumnya memfitnah bahkan sekarang meminta maaf dan menjadi sahabat. Meski tubuhnya tak utuh, banyak orang tak meragukan kepiawaiannya dalam membuat kaki palsu.

Lebih jauh ia berharap para disabilitas tak merasa sendirian, dan tak putus asa menjalani hidup. "Saya berharap tak patah semangat. Jika punya mimpi, teruslah berusaha tanpa putus asa. Jangan lupa harus berusaha berdamai dengan diri sendiri," pungkasnya. (Wan/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya