Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ALIANSI Pengusaha Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia (Appnindo), Konsumen Vape Berorganisasi (Konvo), dan Relx Indonesia berkomitmen tidak menjual produk vape ke konsumen di bawah umur. Hal ini mereka sampaikan di acara webinar bertajuk Pencegahan Konsumsi Vape di Bawah Umur, belum lama ini.
Ketua Konvo Hokkop TI Situngkir mengatakan pihaknya punya data terkait usia masyarakat yang mengenal rokok elektrik. Usia masyarakat tersebut mulai dari 14 tahun hingga 44 tahun.
"Yang jadi sorotan kita, ternyata kelompok usia 15 tahun sampai 24 tahun telah mengenal rokok elektrik. Karenanya, muncul keinginan dari kami untuk melindungi mereka," tuturnya dalam keterangan resmi, Minggu (28/11). Hokkop berharap industri juga turun tangan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
Ketua Appnindo Roy Leffrans menambahkan agar produk vape tidak dijual di bawah umur. Produsen harus melakukan edukasi dan sosialisasi seputar segmentasi produk. "Banyak anak remaja menilai rokok elektrik ini keren untuk gaya. Kami bekerja sama dengan asosiasi lain untuk memberikan pemahaman dan membatasi penjualan. Artinya, ada usia yang dilarang untuk membelinya. Untuk itu, kami sepakat bersama asosiasi lain tidak menjual atau tidak boleh memberikan untuk anak di bawah usia 18 tahun," paparnya.
Menurut General Manager Relx Indonesia Yudhistira Eka Saputra, sejak kehadirannya perusahaan berkomitmen untuk tidak menjual produk kepada konsumen di bawah umur. Melalui Guardian Program, pihaknya mengajak para mitra untuk tidak memberikan produk ke konsumen di bawah usia 18 tahun. "Oleh karena itu, Relx sangat bangga mengimplementasikan Guardian Program untuk memastikan tanggung jawab menyeluruh atas komitmen ini," katanya.
Guardian Program ialah inisiatif yang melibatkan pengembangan produk hingga penjualan serta mencakup perwakilan Relx yang bekerja dengan pengecer dan karyawan di dalam toko untuk meningkatkan verifikasi usia, sehingga produk tidak jatuh ke tangan anak-anak dan nonperokok. Di Tiongkok, misalnya, siapa pun yang memasuki toko Relx resmi akan diminta untuk menunjukkan identifikasi untuk membuktikan bahwa mereka cukup umur.
Selain itu, Relx juga menggunakan teknologi mutakhir seperti artificial intelligence untuk meningkatkan pencegahan akses kepada masyarakat di bawah umur melalui program bernama Project Sunflower. Mesin penjual otomatis di Tiongkok telah mengadopsi teknologi pengenalan wajah untuk memastikan hanya pelanggan dewasa yang dapat melakukan pembelian. Anak di bawah umur juga tidak diizinkan memasuki toko Relx dan kamera pemindai wajah di toko akan segera memberi tahu staf jika anak di bawah umur memasuki toko.
Dr drg Amaliya MSc menambahkan, edukasi dan penyuluhan sangat diperlukan. Risikonya juga harus disampaikan kepada anak-anak. Dia mengingatkan, sebaiknya anak-anak bebas dari produk tembakau apapun produknya sebelum kecanduan. "Tingkat bahaya ataupun risiko vape memang lebih rendah jika dibanding rokok biasa. Tapi produk ini tetap tidak dianjurkan untuk anak usia di bawah 18 tahun," tutupnya. (OL-14)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved