Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Demi Kesehatan, Dokter Sarankan Anak Laki-laki Disunat saat Bayi

Mediaindonesia.com
22/11/2021 13:10
Demi Kesehatan, Dokter Sarankan Anak Laki-laki Disunat saat Bayi
Para pembicara dalam webinar Sunat Aman dengan Metode Modern(Dok.IDI)

SIRKUMSISI atau sunat menjadi salah satu cara menjaga kesehatan organ kelamin laki-laki. Banyak penelitian membuktikan sunat membantu menjaga kebersihan dan mencegah sejumlah penyakit. Bagi kaum Muslim, sunat juga menjadi bagian dari kewajiban. Agar sunat bisa membawa manfaat optimal, masyarakat perlu memahami dan memilih metode yang aman.

Topik tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk Sunat Aman dengan Metode Modern yang digelar Ikatan Dokter Indonesia dan Rumah Sunat dr. Mahdian, Senin (22/11). Pembicara webinar, dokter spesialis bedah dr. Asrul Muhadi, Sp.B,  menjelaskan, saat ini ada beberapa metode sunat. Yakni, metode konvensional  menggunakan pisau, metode laser, dan menggunakan klem.

Baca juga: 22 Anak Kurang Mampu Ikuti Sunatan Massal di Puncak Eurad

Terkait sunat laser yang kini popular di masyarakat, dr. Asrul mengutip studi TI Altokhais berjudul Electrosurgery Use in Circumcision in Children: Is It Safe? Menurut studi tersebut, apa yang dianggap sebagai sunat laser tidaklah menggunakan energi laser. Sunat laser dilakukan menggunakan energi panas dari alat elektrokauter untuk memotong jaringan.

“Anggapan masyarakat tentang sunat laser menggunakan energi laser tidaklah tepat. Sunat laser sebenarnya menggunakan energi panas untuk memotong jaringan, koagulasi, dan diseksi dengan alat elektrokauter,” ujar dr. Asrul.

Metode sunat menggunakan alat elektrokauter itu memiliki risiko, antara lain menimbulkan luka bakar. Karena itulah, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan metode yang lebih aman, yakni sunat menggunakan klem.  “Metode klem direkomendasikan oleh WHO sebagai metode sunat terbaik,” kata dr. Asrul.

Klem pada sunat bekerja layaknya klem pada penjepit tali pusar bayi baru lahir. Yakni, menjepit preputium (bagian kulit penis yang menutupi glans atau kepala penis) hingga terbentuk jaringan nekrotik (jaringan mati) yang akan dilepaskan sekitar hari kelima setelah pemasangan klem. Lebih lanjut ia menyarankan anak laki-laki sebaiknya menjalani sirkumsisi atau sunat saat bayi karena memungkinkan pemulihan luka yang lebih cepat dan tidak menimbulkan trauma.

Salah satu penyedia layanan sunat yang menggunakan metode klem untuk sunat yaitu Rumah Sunat dr. Mahdian. Klinik ini menggunakan Mahdian Klem yang diproduksi dalam negeri dan telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI. “Dulu kami menggunakan klem impor, kemudian kami mengembangkan dan memproduksi klem sendiri yang sudah disesuaikan dengan anatomi penis anak Indonesia,” tutur dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.BS, founder Rumah Sunat dr. Mahdian.

Ia mengungkapkan, sunat dengan metode klem bisa meminimalkan risiko perdarahan, tidak memerlukan jahitan dan perban, prosesnya kurang dari 7 menit. Teknik biusnya juga tidak menggunakan jarum suntik sehingga dapat mengurangi rasa takut pada anak dan membuat anak merasa lebih nyaman.
“Umumnya sunat dilakukan dengan anastesi lokal. Jika anastesi dilakukan pada posisi yang tepat dan dosis yang adekuat, nyeri dapat terkontrol dengan baik. Suntikan tanpa jarum memungkinkan kenyamanan lebih saat proses anastesi dilakukan,” papar dr. Mahdian.

Teknik suntikan anestesi tanpa jarum itu menggunakan alat yang bernama Comfort In. Teknologi itu bekerja dengan cara mengantarkan cairan obat bius lokal menggunakan mekanisme tenaga pegas berkecepatan tinggi yang dapat menembus kulit dalam waktu kurang dari sepertiga detik.

Setelah tindakan sunat, lanjutnya, anak bisa langsung beraktivitas namun  wajib menjalani kontrol pascasunat. Kontrol pascasunat diperlukan agar proses pemulihan bisa dipantau dengan baik oleh dokter. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah berbagai risiko yang mungkin terjadi, seperti pendarahan, pembengkakan, hingga infeksi.

Dokter Reisa Broto Asmoro yang juga menjadi pembicara webinar itu menambahkan, peran orangtua sangat penting dalam menentukan kesiapan fisik dan psikologis anak yang akan menjalani sunat. “Orangtua sebaiknya berdiskusi terlebih dahulu kapan waktu yang tepat agar anak siap untuk disunat. Setelah tindakan, selalu dampingi anak secara psikologis dan spiritual dan lakukan perawatan yang tepat setelah sunat untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi luka sunat,” tuturnya.

Pada kesempatan sama, Ketua IDI dr. Daeng Faqih, S.H, M.H, mengajak seluruh pihak terkait untuk menyosialisasikan metode sunat yang aman untuk meminimalkan risiko komplikasi yang membahayakan anak-anak. (Ant/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya