Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
SITUASI pandemi covid-19 tak berarti menghambat kegiatan penelitian. Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) pun menyempurnakan pengembangan alat deteksi dini stunting ke sejumlah daerah di Tanah Air.
Kami mengembangkan sebuah alat ukur panjang badan dan deteksi dini stunting untuk anak usia 0-24 bulan (baduta) yang dinamai GAMA-KiDS. Inovasi tersebut dapat sangat membantu kerja kader posyandu dan mempercepat deteksi dini baduta stunting sehingga intervensi gizi dan kesehatan bisa segera dilakukan.
Untuk diketahui, satu set GAMA-KiDS terdiri atas dua alat utama dengan fungsi mendeteksi stunting, yaitu tikar panjang badan anak dan cakram status gizi panjang badan menurut usia (PB/U). Perangkat itu juga dilengkapi buku petunjuk penggunaan alat dan buku saku stunting yang memudahkan pengguna memahami kondisi stunting berikut penanganannya.
Sepanjang 2021, uji coba GAMA-KiDS dilakukan di Ende, Nusa Tenggara Timur; Halmahera, Maluku Utara; dan Sleman, Yogyakarta. Dalam upaya pengembangan itu, alat yang digunakan pada uji coba tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya.
Material pada papan kepala dan kaki, misalnya, diganti menggunakan bahan yang lebih terjangkau untuk menekan biaya produksi, tapi tanpa mengubah fungsinya. Papan kaki pada tikar panjang badan ditambahkan stiker berbentuk kaki anak kecil sebagai tanda pijakan.
Salah satu kelemahan alat ini ialah adanya lipatan pada tikar saat digulung. Peneliti pun mencoba mengatasinya dengan menambahkan penjepit yang bisa dilepas pasang. GAMA-KiDS diunggulkan akan kepraktisan dan kelengkapannya. Alat ini mudah dibawa ke mana saja (portabel), relatif ringan, dan mudah digunakan.
Selain itu, desainnya dibuat menarik dengan ilustrasi yang disukai anak-anak. Hal yang membuat kit ini unggul jika dibandingkan dengan produk kompetitor ialah pada ketelitian skala ukur. Produk tikar panjang badan sejenis di pasaran memiliki ketelitian 0,5 cm, sedangkan tingkat ketelitian tikar panjang badan GAMA-KiDS mencapai 1 mm.
Perkembangan penelitian
GAMA-KiDS pertama kali dikembangkan sejak 2019. Inovasi tersebut memperoleh kesempatan untuk diteliti lebih lanjut pada 2020 dan 2021 melalui pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (sekarang Kemendikbudristek).
Pengembangan GAMA-KiDS tidak lepas dari isu stunting yang menjadi spotlight sejak beberapa tahun belakangan, bahkan pada masa pandemi covid-19. Stunting merupakan kondisi tinggi atau panjang badan anak kurang dari 2 standar deviasi dari rerata kelompok usianya.
Dampaknya, stunting dapat menurunkan kemampuan kognitif, sistem imun, dan perkembangan emosional. Apabila seorang anak stunting tidak segera menjalani perbaikan status gizinya, di masa dewasa ia tidak akan menjadi orang yang produktif, mudah sakit, dan menjadi beban baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun negara.
Berbagai riset membuktikan masalah stunting di Indonesia perlu perhatian khusus. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan 30,8% balita mengalami stunting. Artinya, 3 dari 10 anak Indonesia mengalami stunting. Kondisi tersebut tidak sama antardaerah karena bisa dipengaruhi faktor-faktor tertentu seperti budaya, situasi sosial, dan demografi.
Salah satu tantangan utama untuk mengatasi stunting ialah kecepatan deteksi dini. Pendeteksian dini permasalahan gizi umumnya dilakukan kader posyandu. Namun, belum semua kader mampu melakukan deteksi dini stunting dan tidak semua daerah memiliki alat ukur panjang badan yang valid.
Masih banyak alat ukur panjang badan buatan swadaya masyarakat belum teruji validitasnya. Pada masa pandemi, kondisi makin parah karena banyak posyandu harus tutup untuk mencegah penularan. Alhasil, kader harus menjemput bola untuk memantau pertumbuhan anak.
GAMA-KiDS memberikan solusi
Tim peneliti FK-KMK UGM memandang berbagai permasalahan tersebut dapat dibantu penyelesaiannya dengan GAMA-KiDS. Tim riset--terdiri atas peneliti di Departemen Gizi Kesehatan, Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, serta Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia FK-KMK UGM, juga Politeknik Kemenkes Yogyakarta--mulai mengembangkan desain alat itu sejak 2019.
Pada 2020, GAMA-KiDS pertama kali diuji coba di sebuah posyandu di Yogyakarta dan Aceh. Adapun pada proses penelitian terkini, pengujian menggunakan pendekatan action research, yaitu uji coba penggunaan alat pada lingkungan yang sebenarnya. Peneliti bermitra dengan puskesmas untuk menggandeng beberapa posyandu.
Selanjutnya, peneliti memberikan sosialisasi dan demonstrasi penggunaan GAMA-KiDS serta meminta kader untuk mencoba menggunakannya pada beberapa kali pelaksanaan posyandu. Hal ini sangat penting untuk mengetahui hambatan dan faktor pendukung dalam melaksanakan deteksi dini stunting dengan kit itu.
Untuk diketahui juga, pengadaan alat ukur antropometri di posyandu sangat terkait dengan program yang dilaksanakan oleh pemerintah desa. Oleh karena itu, sangat penting memastikan GAMA-KiDS telah sesuai dengan kebutuhan alat deteksi dini stunting di masyarakat.
GAMA-KiDS didesain agar bisa digunakan dengan mudah oleh siapa pun sesuai fungsinya. Akan tetapi, sasaran pengguna utama ialah kader posyandu sebagai ujung tombak pemantauan pertumbuhan anak. Posyandu sangat membutuhkan inovasi alat deteksi dini stunting karena belum semua memiliki akses ke infantometer sebagai standar baku emas pengukuran panjang badan baduta. (Hym/X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved