Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
KEPALA Badan Intelijen Keamanan Polri (Kabaintelkam) Polri, Komjen Pol Drs Paulus Waterpauw menyoroti secara serius aspek kuantitas dan kualitas pendidikan, pasca Otonomi khusus (Otsus) di Provinsi Papua, sebagai pilar ketahanan nasional.
“Ketahanan nasional adalah faktor kunci dalam eksistensi perkembangan suatu bangsa, termasuk di Indonesia dan Tanah Papua,” kata Komjen Paulus Waterpauw dalam Fokus Group Diskusi (FGD) dalam rangka Dies Natalis ke-38 Program Studi Kajian Ketahanan Pangan Universitas Indonesia (UI), bertema Ketahanan Sosial Budaya dan Pembangunan Papua dalam Perspektif Ketahanan Nasional dilaksanakan di UI, Salemba, kemarin. Acara dihelat secara daring dan luring.
Pembicara lain dalam FGD ini, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) Dr Apolo Safanpo, dan Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak Garuda Wiko, yang dimoderatori oleh Margaretha Hanita.
Komjen Paulus, yang juga tokoh Papua ini menegaskan, tanpa memiliki ketahanan nasional yang tangguh, maka akan sangat sulit, bagi negara untuk memenuhi cita cita berbangsa. Tantangan utama dalam mewujudkan ketahanan nasional di Provinsi Papua dan Papua Barat, ialah penyelenggaraan negara belum menyentuh hingga daerah. Seperti kuantitas dan kualitas pendidikan.
Selama ini, jelas Paulus, masih belum berhasil secara baik, untuk memenuhi pelayanan dasar masyarakat Papua, sebagaimana amanat pasal 12 UU Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah. Khususnya di sektor pendidikan, dimana setelah diterapkan UU Otonomi Khusus (Otsus), tingkat pendidikan penduduk asli Papua, masih jauh tertinggal dari penduduk luar daerah Papua.
“Sesudah 20 tahun otsus Papua, tentu terjadi peningkatan, namun masih perlu dikritisi agar memberikan dampak positif yang sebesar-besarnya, bagi pembangunan ketahanan negara di tanah Papua,” jelas Paulus.
Hal mendasar, yakni jumlah sekolah, murid dan guru telah terjadi peningkatan yang signifikan di tanah Papua. Menurut Paulus, apabila dibandingkan dengan proses waktu sebelum Otsus berlaku.
“Kita ambil contoh di tahun 2000, jumlah sekolah hanya 3.000 sekian dari mulai TK sampai SMA dan SMK. Dalam jangka waktu 18 tahun kemudian, jumlah sekolah di Tanah Papua meningkat 210 persen,” jelasnya.
Dirinya menambahkan peningkatan tersebut konsisten, dengan jumlah guru dan murid di Papua. Namun yang menjadi pertanyaan bersama menurutnya ialah, apakah peningkatan tersebut diiringi dengan kualitas guru sebagai tenaga pendidik.
“Faktanya dengan meningkat jumlah guru, sekolah dan juga murid, ternyata tidak disertai dengan ketercukupan kualitas guru,” ungkapnya.
Pria kelahiran Fakfak Papua Barat itu, mengatakan sarana prasarana sebagai fasilitas penunjang di sekolah, harus dijadikan diperhatikan. “Mulai dari ketersediaan perpustakaan, laboratorium, hingga tempat olahraga,” sebutnya.
Dengan terbatasnya jumlah guru dan sekolah di daerah terpencil, ditambah lagi dengan banyaknya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah, baginya merupakan masalah bangsa yang perlu dicarikan solusi bersama. (OL-13)
Baca Juga: BNPB Sebut PON Papua Pembelajaran untuk Kegiatan Besar Lain
Cak Imin menyatakan 100 Sekolah Rakyat rintisan yang memanfaatkan aset bangunan milik negara telah siap beroperasi dan diresmikan Presiden Prabowo Subianto.
Banyak sekolah, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), masih menghadapi kendala dalam memaksimalkan penggunaan Chromebook.
Hari ini menandai dimulainya secara resmi kegiatan belajar-mengajar di Sekolah Rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pembangunan peradaban bukanlah soal membangun jalan dan jembatan semata.
MAJELIS Masyayikh menyelenggarakan Uji Publik Dokumen Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Eksternal (SPMI–SPME) untuk Pendidikan Pesantren Jalur Nonformal
Kemenag Pastikan Tunjangan Guru PAI Non ASN Naik Rp500 Ribu
Masyarakat Papua Barat mendatangi kantor KPK dan Kejagung untuk melakukan klarifikasi dan memberikan informasi hasil investigasi terkait Gubernur Papua Barat Dominggus Madacan.
BENCANA tanah longsor dan banjir bandang Pegunungan Arfak, tepatnya di Kampung Jim, Distrik Catubouw, Papua Barat menelan belasan korban jiwa.
Jumlah keseluruhan korban dalam peristiwa itu sebanyak 24 orang, terdiri atas lima orang selamat, 16 korban meninggal dunia, sedangkan tiga korban lainnya belum berhasil ditemukan.
Brimob melakukan pencarian Iptu Tomi Samuel Marbun, anggota yang dilaporkan hilang sejak 18 Desember 2024 di kawasan Kali Rawa, Distrik Moskona, Kabupaten Teluk Bintuni.
Buku Cahaya Fajar dari Balik Gunung Mbaham mengupas perjalanan kepemimpinan Ali Baham Temongmere (ABT), pejabat Papua Barat yang mengedepankan pembangunan berbasis budaya.
SETIDAKNYA 12 ribu pelajar di Manokwari, Papua Barat, sudah mendapatkan makan siang gratis (MBG). Selurhnya merupakan pelajar dari tingkat TK hingga SMA di wilayah perkotaan Manokwari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved