KEPALA Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbud-Ristek Endang Aminudin Aziz menyatakan literasi masyarakat masih lemah karena kurangnya akses kepada buku bacaan dan waktu, bukan karena rendahnya minat baca.
"Kami coba analisis penyebabnya adalah karena kurangnya akses kepada buku bacaan, kemudian kurangnya waktu yang dikeluarkan dihabiskan oleh seseorang untuk membaca," kata Endang dalam Acara Riung Media, Kamis (23/9).
Endang menyebutkan semua studi menunjukkan minat baca tinggi, tapi kurangnya akses dan waktu membuat literasi masyarakat rendah. Hal itu juga yang melatarbelakangi Badan Bahasa Kemendikbud-Ristek memproduksi buku untuk meningkatkan literasi masyarakat.
Pada 2019, Badan Bahasa telah mencetak 67 judul buku sendiri dan tahun ini mencetak 120 judul buku. Buku-buku tersebut akan disebarkan ke daerah 3T dan taman bacaan masyarakat. Secara total, Badan Bahasa Kemendikbud-Ristek telah menyiapkan 748 judul buku yang bisa dipakai untuk kegiatan literasi.
"Agenda literasi dilakukan dari tingkat PAUD ditambah penerjemahan dari buku bahasa asing, maupun daerah ke bahasa Indonesia. Target kami selama 4 tahun ke depan ada 5 ribu judul buku dari bahasa asing, apa saja, tidak hanya Inggris, mungkin dari Jepang, Mandarin, Jerman, bahasa apa pun ini yang kemudian kita terjemahkan," ungkapnya.
Endang juga menjelaskan untuk kegiatan menerjemahkan buku berbahasa asing, pihaknya menjalin kerja sama dengan berbagai negara dengan tujuan untuk menghemat biaya. Karena untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa asing, diwajibkan membayar lisensi dari buku tersebut.
"Sistem pembayaran lisensi buku itu berlaku sesuai dengan jumlah buku yang kita cetak. Makin banyak dicetak maka makin mahal biaya yang harus dikeluarkan. Tetapi jika bekerja sama dengan pemerintah negara lain, tentu biaya tersebut bisa kita hemat," pungkasnya. (H-2)