Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
PEMBERANTASAN korupsi milik semua orang, tidak terkecuali musisi. Terbukti, Indonesia Corruption Watch (ICW) menghadirkan album kompilasi bernama Frekuensi Perangkap Tikus (FTP) pada 2013 dan 2015.
Album yang diproduseri Harlan Boer itu diciptakan guna menggugah kesadaran berperilaku antikorupsi bagi setiap warga negara Indonesia.
Tegas, penuh aspirasi, dan sarat akan sindiran terhadap para pencuri uang negara. Itulah yang tebersit di benak setiap orang ketika mendengar lagu-lagu dari Iksan Skuter. Iksan yang bernama lengkap Mohammad Iksan itu merupakan musikus indie Indonesia yang menyuarakan aspirasi rakyat melalui musik.
Awalnya, Iksan ialah gitaris band indie Putih asal Malang, Jawa Timur. Sayangnya, eksistensi band itu tidak lama hingga Iksan memutuskan bersolo karier.
Karena mantap bersolo karier, sarjana hukum itu selalu menyisipkan tema dan pesan sosial dalam lagu ciptaannya hingga ia terpilih mengisi album kompilasi FTP volume 1 lewat lagunya berjudul Partai Anjing. Lagu itu menyindir para pelaku koruptor di negeri ini.
Pada 2013, ICW memutuskan melawan korupsi melalui jalur musik. Dalam album itu, terdapat beberapa lagu dari band indie Tanah Air, termasuk lagu ciptaan Iksan.
Bagi iksan, musik bukan hanya materi. Musik bisa menjadi penyampai pesan atas segala kejadian yang terjadi di sekitar kita.
"Awalnya di 2012 saya merilis album pertama saya. Terus setelah itu saya diperkenalkan wartawan ke teman-teman ICW. Ketika ngobrol, ada kecocokan lagu-lagu saya dengan kampanye mereka yang ingin mengampanyekan antikorupsi melalui media seni," ucap Iksan.
Iksan mengaku tidak lama membuat lagu itu. Awalnya, ia ingin membuat lagu yang menampar wajah koruptor. Saat mengobrol di warung kopi, muncullah lagu berjudul Partai Anjing.
"Awalnya cuma obrolan warung kopi, di pos siskamling, pinggir jalan. Ketika mereka melihat berita dan membaca koran tentang korupsi, ya umpatan pertama yang akan keluar ya kata-kata itu ‘anjing’ atau kalau orang Jawa bilang itu ya ‘asu’," kenang Iksan.
Menurutnya, pembuat karya seni tidaklah harus melulu membuat karya yang bersifat cinta dan keindahan. Namun, bisa juga membuat sesuatu yang sifatnya bisa menyampaikan pesan sosial dan menyuarakan segala pikiran masyarakat.
"Artinya karya itu bukanlah hanya sebuah keindahan, melainkan juga apa yang sedang terjadi di lingkungan sekitar kita pada saat ini," jelas Iksan. (Rio/M-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved