Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Menkes: Penanganan Terlambat, Banyaknya Pasien Covid-19 Wafat

Atalya Puspa
02/8/2021 13:34
Menkes: Penanganan Terlambat, Banyaknya Pasien Covid-19 Wafat
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin(Antara)

MESKIPUN penambahan kasus konfirmasi positif covid-19 harian di Indonesia menurun, namun demikian kasus kematian terus meningkat. Saat ini sendiri, persentase case fatality rate di Indonesia mencapai 2,8%.

Melihat hal tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pihaknya telah melakukan analisis terkait tingginya kematian pasien covid-19 di rumah sakit. Budi mengakui pasien covid-19 yang dibawa ke RS menjadi lebih cepat wafat dibanding sebelumnya.

"Kematian peningkatannya penyebab utamanya karena terlambat tertangani di RS. Rata-rata sebelumnya pasien wafat yang di RS itu 8 hari. Sekarang rata-rata 3 sampai 4 hari mereka sudah wafat," kata Budi dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Senin (2/8),

Ia menyatakan, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, saat ini pasien wafat di RS bukan hanya berasal dari ruangan ICU saja, tapi juga dari IGD. Jika dulu pasien yang wafat di IGD hanya sebanyak 1-2%, sekarang bisa mencapai 20%.

"Belum lagi yang death on arrival kalau kita lihat datanya itu pasti lebih tinggi lagi," tambah Budi.

Baca juga :Kemenkes Pastikan Vaksinasi Booster Hanya untuk Nakes

Berdasarkan analsis tersebut pula, lanjut Budi, ditemukan fakta bahwa saat ini orang yang masuk ke RS memiliki saturasi oksigen di bawah 80%. Hal itu berbeda dengan dulu, di mana pasien yang memiliki saturasi oksigen di kisaran 93%, 92%, atau 90% sudah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

"Sekarang orang yang masuk ke RS itu saturasinya sudah 70% sampai 80%. Artinya virus sudah menyebar ke paru dan sudah sesak," ungkap Budi.

Sehingga, pihaknya mengambil kesimpulan bahwa kasus kematian yang tinggi di Indonesi aterjadi karena edukasi masyarakat terkait covid-19 masih minim, sehingga masih menganggap bahwa covid-19 merupakan aib yang harus disembunyikan.

"Padahal secara fataility ini lebih rendah dari TBC atau HIV, sehingga kalau dia dirawat cepat akan cepet sembuh. Gak perlu khawatir atau malu," ucap dia.

Selain itu, sebagian besar mayarakat dinilai Budi juga belum memahami seputar saturasi oksigen. Semestinya, masyarakat harus waspada apabila saturasinya sudah menginjak di bawah 94%. Pasalnya, kondisi tersebut menandakan bahwa pasien membutuhkan penanganan dari tenaga kesehatan.

"Gak usah tunggu saturasi 80%. Sekarang sudah terlambat. Isunya sebenarnya lebih di sana untuk mengurangi kematian. Untuk di RS, semua prosedur terapi sudah baik, kita tidak ada masalah. Yang masalah adalah yang masuk ke IGD karena terlambat," pungkas Budi. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya