Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Cegah Amputasi Kaki Akibat Komplikasi Diabetes

Eni Kartinah
30/7/2021 17:46
Cegah Amputasi Kaki Akibat Komplikasi Diabetes
Dokter spesialis luka, dr.Adisaputra Ramadhinara, MSc, CWSP, FACCWS, tengah menangani kaki diabetik.(Ist)

SETIAP tahun, angka penyandang diabetes terus bertambah dan diperkirakan jumlahnya akan mencapai lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2030. Tentunya, sebagai salah satu negara dengan jumlah penyandang diabetes terbesar di dunia, Indonesia akan turut terkena dampak epidemi tersebut.

Statistik menunjukkan bahwa prosedur amputasi pada 6 dari 7 penderita kaki diabetik, diawali dari sebuah luka kecil/sederhana. Padahal 85% dari luka tersebut sebetulnya dapat dicegah dan ditangani dengan baik agar tidak berkembang ke arah yang lebih serius. Hal ini membuat pencegahan dan deteksi dini terhadap kaki diabetik menjadi sangat penting, untuk mengurangi angka kejadian penderita luka diabetes dan risiko amputasi di kemudian hari.

“Luka diabetes di kaki memerlukan penanganan khusus agar kesembuhan yang optimal dapat dicapai. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perawatan luka telah berhasil menekan angka amputasi,"  terang dokter spesialis luka, dr.Adisaputra Ramadhinara, MSc, CWSP, FACCWS, pada jumpa media secara daring yang diselenggarakan oleh Heartology Cardiovascular Center, Jumat (30/7).

. Penggunaan berbagai dressing modern untuk mengatasi infeksi dan menjaga agar suasana luka tetap lembap juga sangat diperlukan. Karena dalam suasana lembap, pertumbuhan jaringan baru menjadi lebih optimal dan proses penutupan luka oleh sel kulit baru bisa terjadi dengan lebih cepat,” kata dr. Adisaputra.

Dokter Adi juga tidak menganjurkan penggunaan kassa sebagai penutup luka, karena kassa tidak dapat menjaga kelembapan daerah luka dan dapat meningkatkan risiko infeksi. Sebuah studi menunjukkan bahwa bakteri dapat menembus hingga 64 lapisan kassa.

“Hal ini membuat kassa bukanlah penutup luka yang ideal,” kata dr.Adi, sapaan akrab Adisaputra.

Selain itu, lanjut dr.Adi, pengendalian kadar gula darah harus dilakukan secara optimal, agar proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik. Selama menjalani perawatan, kaki yang sedang terluka juga harus diistirahatkan dan tidak boleh menjadi tumpuan beban.

Yang tidak kalah penting, menurut dr.Adi, saat ini perawatan luka selalu mengedepankan pentingnya kerja sama multidisiplin, seperti yang dilakukan di Heartology Cardiovascular Center.

Ia mencontohkan, pada kasus luka diabetik di kaki, perawatan luka dapat ditangani oleh dokter spesialis luka.

Namun bila terjadi penyumbatan pembuluh darah di kaki, diperlukan keterlibatan spesialis vaskular untuk tindakan revaskularisasi atau perbaikan aliran darah ke tungkai guna menunjang proses penyembuhan luka yang optimal.

“Sebab, tanpa revaskularisasi atau perbaikan aliran darah, luka tidak akan bisa sembuh karena aliran darah ke lokasi luka terhambat,” pungkasnya. (Nik/OL-09)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya