Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Stunting Berpengaruh Terhadap Berkurangnya IQ Secara Signifikan

Mohamad Farhan Zhuhri
15/6/2021 10:30
Stunting Berpengaruh Terhadap Berkurangnya IQ Secara Signifikan
MAKANAN TAMBAHAN: Kegiatan pemberian makanan tambahan di Desa Peguyangan untuk meningkatkan gizi masyarakat sekaligus mencegah stunting.(MI/ Rute Suryana)

MENTERI Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mendorong para orangtua untuk memenuhi gizi anak sebagai langkah percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.Itu penting karena stunting merupakan salah satu problematika serius dalam tumbuh kembang anak yang juga berpengaruh terhadap kecerdasan (IQ) anak.

Ia menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan kekurangan gizi kronis maupun infeksi berulang terutama pada seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu 270 hari selama kehamilan dan 2 tahun pertama kehidupan anak.

“Anak yang mengalami stunting memiliki risiko yang jauh lebih tinggi dalam berbagai sektor kehidupannya. Anak lebih rentan terkena penyakit kronis, seperti diabetes dan kanker sehingga meningkatkan mortalitas. Secara kognitif, stunting juga berpengaruh terhadap berkurangnya Intellegence Qoutient (IQ) secara signifikan,” tutur Menteri Bintang dalam keterangannya, Selasa (15/6).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, angka stunting nasional mengalami penurunan dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 persen pada 2018. Kemudian, menurut hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019, stunting berada pada angka 27,7 persen. “Meski demikian, angka ini masih cukup jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu sebesar 14 persen,” imbuhnya.

Kemen PPPA juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi stunting di Indonesia, diantaranya pendampingan melalui Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) untuk memberikan edukasi mengenai pengasuhan berbasis hak anak, termasuk terkait gizi anak; program pemenuhan hak anak atas gizi seimbang; mendorong pembangunan pelayanan kesehatan publik yang ramah anak; hingga mendorong penyediaan kebutuhan spesifik bagi perempuan dan anak dengan bekerja bersama Kementerian/Lembaga maupun dunia usaha agar gizi anak tetap terpenuhi.

Menurut Menteri Bintang, permasalahan stunting juga memiliki keterkaitan dengan isu-isu ketidaksetaraan gender serta isu perempuan dan anak lainnya. “Perempuan merupakan kelompok masyarakat yang lebih miskin dibandingkan dengan laki-laki (OCED, 2019). Hal ini menyebabkan mereka hidup dalam lingkungan yang kurang sehat dan gizinya tidak terpenuhi. Padahal, perempuan yang sehat akan melahirkan anak-anak yang sehat pula,” ungkapnya.

Selain itu, Menteri Bintang juga menyebutkan akses terhadap layanan kesehatan yang kurang serta permasalahan gizi sejak dini dapat menyebabkan perempuan menderita anemia. “Perempuan yang mengalami anemia akan rentan melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah dan stunting. Sungguh memprihatinkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2018, 48,9 persen ibu hamil mengalami anemia, baik di desa maupun di kota,” pungkasnya.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya