Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

TV Bisa Jadi Agen Kesetaraan Gender

Mohamad Farhan Zhuhri
08/6/2021 13:39
TV Bisa Jadi Agen Kesetaraan Gender
Seorang perempuan membentangkan poster saat unjuk rasa memperingati Hari Perempuan Internasional di Jakarta, Senin (8/3/2021)(ANTARA/ Hafidz Mubarak A)

Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta memaparkan hasil penelitian mereka mengenai representasi dan konstruksi gender dalam dakwah televisi.

Adapun yang melatarbelakangi penelitian ini antara lain televisi bisa menjadi agen pengarusutamaan kesetaraan gender atau justru ketimpangan gender.

Dalam penelitian tersebut, PPIM menemukan 88,8 persen penceramah di televisi didominasi oleh laki-laki, sedangkan 11,2 persen lainnya oleh wanita.

Baca juga: Program Pengentasan Stunting Masih Menunggu Perpres

"Ini dari metode sampling yang kami lakukan, dari 25 stasiun TV baik konvensional maupun non-konvensional dari 2013-2019," ungkap Peneliti PPIM UIN Jakarta, Aptiani Nur Jannah, melalui kanal YouTube PPIM, Selasa (8/6).

Dari 25 stasiun Televisi, PPIM berhasil menyeleksi 1010 Video dengan total 310 jam sebagai bahan analisis tersebut. Tidak adanya regulasi khusus terkait proporsi gender di TV sertanrating dan profit menjadi pertimbangan utama dalam desain program menjadi alasan TV untuk melakukan hal tersebut.

"Mayoritas dari mereka mengakui, perempuan adalah audiens dan perempuan hanya menjadi konsumen dari pengetahuan ilmu agama," kata Apriani.

Pendidikan mengenai gender belum banyak digalakan di Indonesia. PPIM menarik kesimpulan rendahnya rendahnya porsi perempuan yang menjadi nara sumber pengetahuan agama berbanding terbalik dengan mayoritas target penonton yang adalah perempuan dengan profesi ibu rumah tangga.

"Kedua narasi agama yang dibawakan pada program religi banyak mendukung peran gender yang kaku sehingga sarat pesan sub koordinasi dan domestikasi perempuan," imbuhnya.

Baca juga: AS Setujui Obat Baru untuk Alzheimer

Ketiga, narasi bias gender juga ditemukan pada televisi nonkonvensional bahkan dengan porsi yang lebih banyak minimnya pengawasan negara pada ranah digital membuat pemahaman agama yang tidak ramah perempuan bebas beredar di televisi alternatif.

Paparan dari PPIM juga dibahas juga oleh Dr. Inayah Rohmaniyah, Dosen UIN Kalijaga Yogyakarta. Dirinya mengungkap, sejak tahun 2005 meneliti terkait isu gender, seksualitas dan radikalisme, ini akan terus menjadi isu nusantara.

"Yakin ini menjadi isu nasional, karena ini menjadi pertarungan antar kelompok-kelompok tertentu,"pungkasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya