Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Super Blood Moon akan Bisa Dilihat di Indonesia pada 26 Mei

Basuki Eka Purnama
21/5/2021 09:54
Super Blood Moon akan Bisa Dilihat di Indonesia pada 26 Mei
Super Blood Moon terlihat di Los Angeles.(AFP/Robyn Beck)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan Gerhana Bulan Total Perigee atau yang lebih dikenal sebagai Super Blood Moon akan terjadi pada 26 Mei dan fase-fasenya akan tampak di sejumlah wilayah di Indonesia.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono mengatakan proses Super Blood Moon sejak fase awal (P1) hingga fase akhir (P4) akan berlangsung selama 5 jam, 5 menit, dan 2 detik.

"Sedangkan proses gerhana totalnya, sejak awal fase total (U2), puncak total hingga akhir fase total (U3) akan berlangsung selama 18 menit dan
44 detik," ujar Triyono dalam keterangan resmi, Jumat (21/5).

Baca juga: Cegah Penularan Virus Covid-19 dalam Aerosol Berukuran Kecil

Fase P1 atau pada Awal Gerhana Bulan mulai pukul 15.46.12 WIB, 16.46.12, WITA, dan 17.46.12 WIT yang melintas memotong Papua bagian tengah, sehingga pengamat di Provinsi Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya Gerhana Bulan Total itu.

Kemudian fase U1 atau Gerhana Bulan Sebagian dimulai pukul 16.44.38 WIB, 17.44.38 WITA, dan 18.44.38 3 WIT melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara, sehingga pengamat di wilayah Indonesia Timur, Pulau Sulawesi bagian Timur, dan Nusa Tenggara Timur dapat menyaksikan kejadian ini.

Fase U2 atau Gerhana Bulan Total mulai masuk pukul 18.09.21 WIB, 19.09.21 WITA, dan 20.09.21 WIT melintas memotong Provinsi Riau dan Sumatra Barat, sehingga seluruh pengamat di Indonesia dapat mengamati awal fase totalitas ini, kecuali di sebagian Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh.

Selanjutnya, Fase Puncak Gerhana Bulan terjadi pada pukul 18.18.43 WIB, 19.18.43 WITA, dan 20.18.43 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh.

Fase U3 atau Gerhana Bulan Total berakhir pada pukul 18.28.05 WIB, 19.28.05 WITA, dan 20.28.05 WIT melintas membelah Sumatra Utara, sehingga pengamat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali sebagian Sumatra Utara dan Aceh, dapat menyaksikan fenomena ini.

Fase U4 atau Gerhana Bulan Sebagian berakhir pukul 19.52.48 WIB, 20.52.48 WITA, dan 21.52.48 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, dan pada Fase P4 atau Gerhana Bulan berakhir pada pukul 20.51.14 WIB, 21.51.14 WITA, dan 22.51.14 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

Triyono menjelaskan Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal itu terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah yang terkenal dengan istilah Blood Moon.

"Sementara karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee), Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon. Sehingga, Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di Perigee Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi," kata dia.

BMKG akan melakukan pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 di lokasi-lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menggunakan teleskop yang dipadukan dengan detektor dan teknologi informasi dan disebarluaskan melalui https://www.bmkg.go.id/gbt.

Gerhana Bulan total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan dan aman disaksikan masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.

Pada puncak gerhananya, di sebagian besar wilayah Indonesia posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian Timur sehingga memungkinkan pengamat untuk dapat mengabadikan kejadian gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis.

Masyarakat dapat mengikuti proses pengamatan ini dengan mengakses https://www.bmkg.go.id/gbt.

"Masyarakat yang berada di pesisir atau pinggir laut (pantai) perlu mewaspadai terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari pasang normalnya," pungkas Triyono. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya