Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KETUA Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Prof Dr Siti Musdah Mulia menilai pendidikan agama menjadi ruh penguatan karakter bangsa karena di dalamnya mengajarkan nilai-nilai bersosialisasi dan bermasyarakat yang sangat dibutuhkan dalam berbangsa dan bernegara.
“Ini agar bagaimana mengedepankan prinsip persaudaraan, prinsip solidaritas, prinsip persatuan dan prinsip menjaga kepentingan bersama. Itu semuanya adalah esensi dari ajaran agama. Karena itu menurut saya, pendidikan agama itu bukan hanya mampu menguatkan rasa kebangsaan, tetapi sudah semestinya agama itu mendorong seseorang untuk mencintai dan menghormati bangsanya,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (19/3).
Menurut Musdah, pendidikan agama tidak bisa dibuang dari kurikulum pendidikan di Tanah Air ini dikarenakan bangsa Indonesia ini sejak awal sudah menyebut sebagai bangsa yang religius.
Kini tinggal bagaimana memperkuat pemahaman agama, agar agama itu bukan hanya pada aspek-aspek simbolistiknya dan legal formalnya saja yang dipelajari, melainkan pada aspek nilai-nilai.
“Oleh karena itu yang perlu ditekankan pada pendidikan agama itu adalah membangun spiritualitas yang ujungnya adalah moralitas,” tutur pendiri Yayasan Mulia Raya.
Menurut dia, pendidikan agama ini sangat penting sekali sepanjang yang diajarkan itu adalah penanaman nilai-nilai moralitas agama bukan hal-hal yang sifatnya simbolistik, baik itu di agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha maupun Konghucu.
Ia mencontohkan, seperti nilai-nilai menghormati orang tua, menghormati sesama manusia termasuk yang berbeda agama dan juga menghormati kelompok disabilitas, termasuk jangan mengambil yang bukan haknya, tidak boleh korupsi atau melakukan pungli.
“Semua itu adalah moralitas. Karena itulah intisari dari pendidikan agama itu agar bisa menjadi manusia yang memanusiakan antar sesama,” tuturnya
Ia tidak bisa membayangkan jika bangsa ini tidak ada pendidikan agama, karena itu bisa menimbulkan kekacauan. Bila tidak ada nilai-nilai yang diajarkan sehingga bukan tidak mungkin semua agama bisa ‘mengamuk’. Apalagi ada satu fase yang tidak bisa dilupakan bahwa seluruh agama tumbuh dan berkembang di Indonesia itu sudah sejak lama.
“Karena itu tidak bisa juga bangsa Indonesia itu mengembangkan pembangunannya tanpa adanya nilai-nilai religiusitas. Tetapi kemudian yang kita inginkan dalam pengembangan nilai-nilai religiusitas itu bukan pada aspek-aspek formal ataupun simbolistiknya yang bisa menyebabkan orang bertengkar juga satu sama lainnya karena saling memperebutkan simbol-simbol tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Musdah juga menyampaikan bahwa harus ditanamkan juga pendidikan dengan mengedepankan rasa hormat atau respek terhadap semua orang. Demikian juga penghormatan kepada hal-hal kebangsaan.
“Karena para pendiri bangsa ini sendiri mengajarkan ‘hubbul wathan minal iman’ yakni mencintai tanah air dan bangsa itu adalah bahagian dari keimanan kita. Ini harus selalu diomongin ke anak-anak,” ujarnya. (Ant/OL-09)
Raden Ajeng Kartini, seorang Pahlawan Nasional Indonesia, memperjuangkan hak pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan di masa penjajahan Belanda.
Agar anak-anak lebih semangat belajar, Bunda bisa memanfaatkan konten video pembelajaran yang dikemas menarik. Dengan cara itu, proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Hingga saat ini, melalui penjualan pakaian yang diproduksi oleh One Fine Sky bersama para dreamers atau kolaborator, telah berhasil mendonasikan 22.557 seragam
Program kuliah online bisa menjadi alternatif cara bagi para pekerja untuk meraih gelar sarjana. Seperti apa prosesnya?
Sedang memilih sekolah untuk si kecil? Idealnya, lokasinya jangan terlalu jauh dari rumah untuk mencegah kelelahan anak maupun orang tua.
Di tengah kondisi rakyat Indonesia yang membutuhkan protein untuk mengatasi stunting, potensi kekayaan harus dimanfaatkan optimal.
Pada Minggu (1/9), Paus Fransiskus memilih Uskup Agung Jakarta Monsignor Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo menjadi satu di antara 13 Kardinal.
Ditanya mengenai makanan kesukaan, Kardinal yang juga penulis buku Ecclesiological Implications of the Lucan Last Supper Narrative itu bercerita tidak memiliki kegemaran tertentu.
PESAN Damai dari Abu Dhabi. Demikian judul Editorial Media Indonesia pada Kamis (7/2). Judul ini mengungkapkan secara tepat substansi perjumpaan dua pemimpin agama dunia, yakni Imam Besar Al Azhar, Syekh Ahmed al-Tayeb dan Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus.
Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) 2019
Alasan tidak ditabuh lagi karena usia dan untuk menjaga bedug tetap awet mengingat nilai sejarah dan nasionalisme yang tersimpan dari pembuatan bedug tersebut.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan, ada beberapa laporan terhadap UAS yang masih akan dipelajari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved