Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
Indonesia ingin terbebas dari sampah plastik. Setidaknya, negara bertekad ingin mengelola sampah dengan baik dan benar hingga 100 persen pada 2025 mendatang.
Sejumlah langkah sudah diambil termasuk mengurangi penggunaan sampah di ritel sampai pasar tradisional. Namun, sampah plastik juga banyak dihasilkan dari kemasan pembungkus dari belanja online.
Sementara konsumen tidak diberi pilihan jenis pembungkus, para pelapak di e-commerce masih membungkus barang dagangannya dengan pembungkus plastik yang akhirnya akan menumpuk di rumah-rumah konsumen.
Kepala Sub Direktorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan berbelanja online harus segera dipangkas.
"Kami akan segera memanggil seluruh marketplace dan pengusaha logistik untuk melakukan upaya pengurangan sampah plastik dari online shopping, itu sudah jadi agenda kami," kata Ujang Solihin Sidik beberapa waktu lalu.
Sementara itu Tiza Mafira, Direktur Executive Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik berharap ke depan e-commerce akan memberi pilihan bahan pembungkus barang yang dibeli konsumen.
"Kita pengin para penyedia platform e-commerce memberi pilihan kepada konsumen, misalnya apa pakai bubble wrap, apa pilih pembungkus plastik, apa pilih pakai cable-tie," kata Tiza.
Menurut dia, platform pengiriman barang online seperti yang didukung oleh Gojek dan Grab sudah memberikan pilihan tersebut.
"Grab dan Gojek sudah menggunakan tas guna ulang dan ada tombol pilihan apakah konsumen memilih tanpa sendok dan garpu plastik, tapi sepertinya memang kurang konsisten. Hanya sekian persen vendor mereka yang menggunakan fitur itu, sebaiknya itu diperbesar saja," kata dia. (Ant/OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved