Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PENGELOLA Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, menyebutkan saat ini pihaknya masih mengalami kekurangan tenaga medis yang menangani pasien di High Care Unit (HCU) dan Intensive Care Unit (ICU).
Hal tersebut disampaikan Wakil Kepala Komando Gugus Tugas Gabungan Terpadu (Wakakogasgabpad) RSDC Wisma Atlet Kemayoran dan Pademangan, Brigjen TNI Muhammad Saleh Mustafa, di Jakarta, Rabu (27/1), saat pemberian bantuan peralatan operasional dari Kawan Lama Foundation.
Saleh Mustafa yang juga menjabat Kasdam Kodam Jaya menerangkan, strategi terhadap RSDC Covid-19 di Jakarta di mana Tower 4-7 Wisma Atlet Kemayoran terkoneksi dengan Tower 8-9 Wisma Atlet Pademangan.
"Saya amat mengapresiasi dukungan untuk RSD Wisma Atlet Kemayoran maupun RSD Wisma Atlet Pademangan. Tadinya ini untuk program repatriasi. Namun dengan angka kasus Covid-19 di Jakarta kian tinggi maka Tower 4-7 untuk mereka bergejala sedang dan khusus Tower 8-9 untuk bergejala ringan," ujar Saleh Mustafa saat pemberian bantuan dari mitra di Tower 10 Wisma Atlet Pademangan.
"Yang positif Covid-19 namun OTG (Orang tanpa gejala) bisa self handling di rumah masing-masing. Namun kalau OTG merasa rumahnya tidak memadai, bisa dirawat di Wisma Atlet Pademangan ini atau hotel rujukan pemerintah," lanjut Saleh Mustafa.
Dia menyebutkan, pihaknya juga saat ini di Tower 4-7 RSDC Wisma Atlet Kemayoran masih mengalami kekurangan tenaga medis yang memiliki skill mumpuni untuk menangani pasien di ICU maupun HCU.
"Kita akan meningkatkan pelayanan medisnya. Di Kemayoran sistemnya sudah tertata baik, maka yang kita tingkatkan skill operasi tenaga medis. Di Kemayoran kita memiliki 12 bed ICU dan 37 bed HCU. Ini butuh tenaga medis dengan skill khusus yang mumpuni. Namun bisa melakukan pengawasan di ICU maupun HCU."
Untuk itu, lanjutnya, "Kita terus melakukan pelatihan kepada tenaga medis di sana," lanjut Saleh Mustafa.
Sedangkan terkait operasional Tower 8 dan 9 Wisma Atlet Pademangan, pihaknya sudah melakukan penambahan tenaga medis serta tenaga pendukung berjumlah 1.000 orang.
"Di sini kita butuhkan dokter spesialis baik dokter paru, dokter anestesi, dan lainnya. Sekitar 40 tenaga medis (dokter) akan kita tambah lagi di Tower 8 dan 9 Wisma Atlet Pademangan," jelas Saleh Mustafa.
Dia menambahkan, untuk OTG ada lima hotel tapi itu sekarang penuh semua. Untuk DKI Jakarta isolasi mandiri untuk OTG di rumah masing-masing tidak dapat dihindarkan.
Saleh Mustafa menambahkan, repatriasi di 57 hotel dan lima hotel untuk karantina mandiri. Repatriasi ini belum tentu positif untuk menghidupkan perekonomian hotel.
Menurut dia, repatriasi ini untuk mengantisipasi virus baru yang mutasi. Dilakukan dua kali swab setelah kedatangan dari luar negeri. WNA masih dilarang, hanya yang dengan surat izin khusus. WNI dari Timur Tengah yang cukup banyak positif saat melaksanakan repatriasi," ujar Saleh Mustafa.
Kordinator Lapangan Bidang Layanan Kesehatan & Operasional Tower 8 dan Tower 9 Wisma Atlet Pademangan, Benget Turnip Saragih, menyebutkan, saat ini di Tower 8 ada 12 dokter dan 42 paramedis sedangkan di Tower 9 ada 7 dokter dan 64 paramedis.
"Selain itu, ada juga tenaga pendukung (nontenaga kesehatan) berjumlah 86 orang. Di Tower 8 dan 9 ini satu ruangan masih diisi maksimal dua orang. Kita ada 6 bed HCU ada di Tower 9. Untuk di Tower 8 itu 17 lantai dan Tower 9 itu 24 lantai," jelas Benget Turnip yang juga berasal dari instansi Kementerian Kesehatan.
Dia juga menjelaskan, mengenai perbedaan pasien positif Covid-19 tanpa gejala OTG, bergejala ringan, sedang, hingga berat.
"Tanpa gejala artinya orang tersebut tidak memiliki keluhan kesehatan khusus. Gejala ringan itu hilang penciuman, batuk pilek, diare, sudah mulai agak sesak nafas. Kalau jalan tiga langkah saja sudah sesak, itu masuk gejala sedang. Kalau gejala berat itu sudah butuh ventilator," ujar Benget Turnip.
"Imun pasien yang dirawat di Tower 8 dan 9 meski bergejala ringan harus ditingkatkan agar tidak memburuk menjadi gejala sedang atau berat. Komorbid kita kawal. Hipertensi dan gula harus dikontrol. Pasien dengan komorbid kita rawat di lantai 4 Tower 9 itu diawasi secara intensif. Hipertensi, diabetes melitus ini yang paling rawan dan berisiko, meski ada juga kanker, jantung," jelas Benget Turnip.
Dalam kesempatan itu, pihak Wisma Atlet Pademangan mendapatkan bantuan berupa 30 meja kerja, empat rak arsip, tiga lemari kaca obat-obatan, 100 kursi lipat, 50 dispenser, 20 kabel rol 10 meter, 10 troli obat, 8 troli barang 150 kg, 2 wastafel, serta 10 benda lainnya yang semuanya merupakan peralatan pendukung pelayanan kesehatan Covid-19.
Perwakilan Kawan Lama Foundation, Wisnu Jatmiko, berharap dengan adanya bantuan tersebut dapat mendukung layanan medis bagi pasien Covid-19 di Tower 8 dan Tower 9 Wisma Atlet Pademangan.
"Hari ini kami memberikan sejumlah perlengkapan untuk mendukung kegiatan tenaga medis di Tower 8 dan 9. Semoga yang diberikan ini dapat bermanfaat untuk kegiatan kedokteran," kata Wisnu Jatmiko. (OL-13)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved