Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DI masa mendatang Indonesia akan menghadapi banyak tantangan dalam pengembangan kecerdasan buatan. Di antaranya, kesiapan regulasi yang mengatur etika penggunaan, kesiapan tenaga kerja, kesiapan infrastruktur dan data pendukung pemodelan, serta kesiapan industri dan sektor publik dalam mengadopsi inovasi kecerdasan artifial (KA).
Untuk mendorong penerapan KA yang selaras dengan kepentingan nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mempersiapkan infrastruktur serta ekosistem untuk mengorkestrasi riset dan inovasi yang berkelanjutan dalam sebuah wadah, yaitu Pusat Inovasi Kecerdasan Artifial (PIKA).
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT Hammam Riza dalam penjelasannya secara daring mengatakan bahwa PIKA merupakan wadah bagi semua unsur quad helix yaitu Pemerintah, Industri, Akademisi, dan Komunitas dalam berkolaborasi pada riset dan inovasi KA dengan memaksimalkan seluruh sumber daya riset dan inovasi nasional.
"PIKA sendiri bersifat terbuka, partisipatif, berbasis nilai (value-based synergy), demand-driven, mandiri, serta memiliki tata kelola yang adaptif dan lincah," ujar Hammam dalam pemaparan Outlook pencapaian dan peluncuran PIKA secara virtual, Kamis (21/1).
Dalam mendukung pengembangan kegiatan KA di Indonesia, PIKA telah dilengkapi degan NVIDIA DGXA A100, dan merupakan instansi pemerintah pertama yang memiliki supercomputer ini.
Sebagai langkah awal pemanfaatan supercomputer adalah penggunaan kecerdasan artifisial di bidang kebencanaan. BPPT telah membangun sistem berbasiskan KA untuk memprediksi potensi terjadinya tsunami pada saat ada gempa. Selain itu juga dibangun sistem untuk memprediksi potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan agar bisa dilakukan langkah-langkah mitigasi.
Hammam pun menjelaskan kedua sistem yang dibangun tersebut sangat penting dalam mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan akurat untuk meminimalisir dampak bencana, maupun untuk menghindari terjadinya bencana.
Kecerdasan Artifisial Untuk Diteksi Tsunami dan Karhutla
BPPT melalui Flagship Inovasi Teknologi Ina-TEWS (Tsunami Early Warning System) telah mempersiapkan Sistem Penanganan Kebencanaan dengan menggunakan teknologi mitigasi bencana berbasis Kecerdasan artifisial (KA), dalam hal ini adalah KA-Tsunami. Sistem ini berperan penting dalam membantu dan mempercepat pengambilan keputusan di DSS (Decission Support System) serta meningkatkan akurasi dan kecepatan Peringatan Dini Tsunami yang dikeluarkan oleh BMKG.
Kecerdasan Artifisial (KA)-Tsunami yang dikembangkan BPPT terbagi menjadi dua sub sistem. Pertama adalah kecerdasan artifisial untuk memprediksi akan terjadinya tsunami jika terjadi gempa. Pembelajaran sistem kecerdasan artifisial ini memerlukan data sejarah gempa dan tsunami yang cukup panjang.
"Input yang digunakan adalah data gempa dari Program InaTEWS BMKG, data USGS, serta data katalog kejadian tsunami. Ketiga sumber data ini digabung untuk membangun model KA. Model yang dihasilkan tersebut untuk memprediksi tsunami jika memperoleh informasi gempa yang berisi gempa skala tertentu dan lokasi tertentu," lanjut Hammam.
KA pada sub sistem kedua adalah untuk memprediksi waktu tempuh dan tinggi gelombang tsunami di sepanjang pantai. Sistem kecerdasan artifisial ini dibangun menggunakan data simulasi model tsunami di seluruh wilayah Indonesia. Sistem KA-Tsunami di atas dibangun berbasis machine learning dengan menggunakan berbagai parameter penyebab terjadinya tsunami. Sistem KA yang telah-sedang dilatih ini nantinya terintegrasi dengan Pusat Data BMKG, bersifat otomatis, tanpa campur tangan manusia serta berjalan mandiri melakukan proses komputasi prediksi jika ada kejadian gempa bumi.
Sistem ini juga bersifat open-source yang berarti sistem dapat dikembangkan dan dimodifikasi serta fleksibel untuk perubahan parameter sesuai keperluan pengguna. Di bagian akhir sistem ini juga dilengkapi dengan sistem monitoring secara terintegrasi sehingga dapat diperiksa hasilnya pada masing-masing tahapan prosesnya. Kemudian informasi yang dihasilkan selanjutnya dirangkum pada Dashboard Kecerdasan Artifisial berbasis Web.
KA-Tsunami diharapkan menjadi bagian penting dalam proses kemandirian teknologi kebencanaan untuk Penguatan dan Pembangunan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami dalam Program InaTEWS sampai dengan tahun 2024.
Kemudian untuk mengatasi karhutla, BPPT telah melaksanakan layanan eknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilaksanakan oleh BPPT. Kondisi saat ini TMC dilaksanakan pada saat kondisi cuaca sangat kering dan sudah terjadi kebakaran di lahan gambut. Idealnya, TMC dilaksanakan sebagai langkah antisipatif untuk menghindari karhutla dengan cara pembasahan lahan gambut untuk mencegah lahan gambut semakin kering.
baca juga: Gairahkan Riset, LIPI Buka 6 Jabatan Fungsional Peneliti Baru
Selain itu TMC juga harus dilaksanakan ketika masih ada potensi pertumbuhan awan-awan penghujan, sehingga hasilnya dapat lebih optimal. Data observasi tinggi muka air (TMA) lahan gambut dapat memberikan informasi langsung mengenai kondisi lahan gambut di tempat tersebut. Dengan metodologi yang tepat, prakiraan TMA akan sangat membantu pengambilan keputusan, kapan dan dimana TMC harus dilaksanakan.
"Pengembangan model prediksi berbasis kecerdasan artifisial untuk mendukung pelaksanaan TMC dalam rangka penanggulangan karhutla dilakukan dengan menggunakan data observasi langsung di lahan gambut dan data cuaca serta prediksi iklim di tempat tersebut. Dari hasil model, diperoleh nilai prakiraan TMA dalam rentang waktu 3– 4 bulan kedepan. Nilai prakiraan ini akan dijadikan sebagai acuan rekomendasi untuk pelaksanaan operasi TMC sebagai upaya pencegahan bencana Karhutla," pungkasnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved