Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KETUA Umum PGI Gomar Gultom merasa sangat berduka atas berpulangnya tokoh Muslim Syeh Ali Jaber yang meninggal dunia di Jakarta, Kamis pagi tadi (14/1).
"Saya sangat berduka dengan berpulangnya pendakwah Syeh Ali Jaber pagi tadi. Saya kira bukan hanya umat muslim yang merasa kehilangan dengan kepergian beliau. Bangsa kita kehilangan sosok seorang tokoh agama yang memiliki integritas mumpuni," ungkap Gomar melalui akun facebooknya, Kamis (14/1).
Bagi Gomar, bangsa Indonesia merindukan sosok pemimpin agama seperti Syeh Ali Jaber yang memiliki integritas. "Belakangan ini kita sangat merindukan sosok-sosok pemimpin yang berintegritas: satunya kata dan perbuatan. Beliau selalu berdakwah dengan kotbah-kotbah yang tidak hanya ditujukan kepada umat atau orang lain, tapi juga buat beliau hidupi secara konkrit," kenang Gomar.
Baca juga: Jusuf Kalla Kenang Syekh Ali Jaber sebagai Ulama Berdedikasi
Sosok Syeh Ali Jaber kata dia adalah sosok yang memiliki keutuhan kepribadian karena satunya kata dan perbuatan. "Saya sangat menghormati kepribadian beliau, yang tampil dengan laku yang utuh antara kata dan tindakan. Dan di tengah maraknya ujar kebencian dalam kotbah-kotbah belakangan ini, beliau hadir dengan kotbah-kotbah sejuk yang meneduhkan. Beliau menghadirkan Islam yang menjadi rahmat dan memberkati. Selamat jalan, Saudaraku, semoga husnul khatimah," tutup Gomar.
Seperti diketahui, Syekh Ali Jaber mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Yarsi Jakarta, Kamis pagi (14/1). Sebelumnya, ia sempat dirawat karena menderita Corona Covid-19, tapi saat mengembuskan napas terakhir ia diketahui telah berada dalam kondisi negatif Covid-19.
Kabar duka ini telah disampaikan oleh Yayasan Syekh Ali Jaber lewat akun Instagram mereka. (OL-4)
GUBERNUR Jawa Barat Dedi Mulyadi menekankan pentingnya pemulihan harmoni sosial di tengah masyarakat Cidahu, Sukabumi, setelah insiden perusakan rumah yang diduga dijadikan tempat ibadah.
Tidak hanya karena secara geografis wilayahnya berbukit-bukit dengan ketinggian 760 meter di atas permukaan laut (mdpl), tetapi juga karena desa itu tak ubahnya Indonesia mini dengan beragam agama.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved