Jangan Sembarang Cabut Gigi

Faustinus Nua
23/12/2020 14:25
Jangan Sembarang Cabut Gigi
Infografis(Media Indonesia)

GIGI Sutri, 45, mudah sekali bolong dan akhirnya satu per satu tanggal. Karena di kampungnya susah sekali mendapati dokter gigi, Sutri membiarkan saja giginya itu tanggal sendiri dan menyisakan akar-akar gigi.

"Dokter giginya ada di Puskesmas tapi jauh dari rumah. Adanya di desa tetangga," ujar pengasuh anak yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah, itu, kepada Media Indonesia, tadi malam.

Ketika ia bekerja di Sunter, Jakarta Utara, Sutri pun memberanikan diri pergi ke dokter gigi di Puskesmas dekat tempat tinggal majikannya karena selain dekat juga murah. Dokter mencabut gigi yang sudah goyah itu dan akar-akar 4 gigi Sutri yang lain. Setelah itu, dokter memasangkan 5 gigi palsu dengan harga Rp150 ribu untuk satu gigi palsu.

Merujuk pada laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi jumlah penduduk yang mengalami masalah gigi dan mulut di Indonesia sebesar 57,6% atau meningkat 31,7% dibanding 2013 yang hanya 25,9%.

Dokter gigi spesialis periodonsia, Dr drg Indirawati Tjahja Notohartojo, Sp Perio mengatakan, masalah terbesar pada kesehatan gigi dan mulut di Indonesia adalah karies atau gigi berlubang yang mencapai 88,8%. "Kurangnya pengetahuan tentang merawat kesehatan gigi dan mulut menjadi penyebab tingginya angka kerusakan gigi yang berakhir pada pencabutan gigi," katanya dalam orasi pengukuhan gelar profesor risetnya pada 3 Desember 2020 lalu.

Menurutnya, tindakan mencabut gigi marak terjadi di Tanah Air. Padahal, mencabut gigi merupakan solusi terakhir penanganan masalah pada gigi untuk menghilangkan rasa sakit atau radang serta mencegah terjadinya infeksi maupun kelainan lainnya. "Budaya mempertahankan gigi harus lebih utama dari pada mencabut gigi," tegasnya peneliti pada Balitbangkes itu.

Agar gigi tak lekas tanggal, ia menyarankan untuk menjalankan pola hidup sehat seperti menyikat gigi dengan benar hingga mengonsumsi air mineral dengan PH di atas 7. "Itu semua sangatlah membantu perawatan gigi dan mulut," cetusnya.

Begitu pula dengan perilaku atau mindset tenaga kesehatan yang perlu diperbaiki. "Perbaikan perilaku dokter gigi atau perawat gigi agar tidak mudah mencabut gigi, (tetapi) dengan merawatnya," sambung Indirawati.

Dijaga
Di masa pendemi covid-19, Indirawati mengatakan, perawatan kesehatan gigi dan mulut memang berisiko tinggi. Untuk itu, penting untuk menjaga dan merawat gigi agar tidak sakit atau rusak.

"Pematuhan protokol kesehatan sangat penting untuk menghindari penyebaran Covid-19, di samping tetap menjaga pola hidup sehat," tandasnya.
Dokter gigi dari Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Jenderal Soedirman drg Irfan Dwiandhono, SpKG, MBiomed

mengatakan, salah satu cara pencegahan agar kondisi gigi dan mulut tetap baik adalah dengan menggosok gigi dengan cara yang benar, yaitu minimal dua kali sehari sehabis makan pagi dan sebelum tidur. "Boleh juga dilengkapi dengan penggunaan obat kumur," katanya.

Menurutnya, masyarakat bisa menunda untuk datang ke dokter gigi jika kondisinya tidak darurat. Bisa juga dengan melakukan konsultasi secara virtual dengan dokter gigi. Saat harus datang ke deokter gigi, ia menyarankan untuk memilih RS atau klinik yang menerapkan protokol kesehatan 3 M.
Mengatur janji agar mengurangi pasien yang berlebihan, ada pemeriksaan skrining awal dan dokternya sudah memakai APD lengkap. (Ant/H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya