Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
SETIAP tahun selalu terjadi kematian massal ikan yang disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan, dan parasit. Diperkirakan kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh hal ini mencapai Rp5,2 triliun per tahun.
Sementara itu, vaksin ikan yang tersedia pada umumnya berasal dari luar negeri yang memiliki risiko tidak sama dengan isolat bakteri atau virus yang ada di Indonesia sehingga kurang efektif.
IPB University mengembangkan penggunaan isolat lokal, yang diisolasi dari ikan-ikan sakit pada saat terjadi wabah penyakit, untuk pembuatan sediaan vaksin merupakan solusi yang realistik dan prospektif.
“Tim peneliti vaksin dari Departemen Budi Daya Perairan FPIK IPB University telah berhasil mengembangkan vaksin dari isolat lokal, yaitu vaksin Streptococcus iniae, vaksin Streptococcus agalactiae, vaksin Aeromonas hydrophila, dan vaksin Mycobacterium fortuitum, baik dalam sediaan tunggal maupun campuran. Vaksin tersebut mampu meningkatkan kekebalan ikan terhadap infeksi patogen,” jelas Guru Besar IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Sukenda.
Ia mengatakan pihaknya juga mengembangkan vaksin untuk penyakit viral, yakni vaksin DNA anti-Koi Herpes Virus (KHV) mengandung sisipan gen glikoprotein 25 (GP25) yang berasal dari isolat lokal Koi Harpes Virus. “Vaksin DNA antiKHV mampu meningkatkan kekebalan dan memproteksi ikan mas saat terjadi wabah,” jelasnya.
Pengembangan vaksin ikan ialah tugas yang menantang, di antaranya karena beragamnya jenis penyakit dan spesies ikan budi daya, dengan tingkat keunikan kerentanan ikan terhadap setiap penyakit yang juga berbeda-beda. Selain itu, penggunaan vaksin dirasa lebih aman daripada penggunaan antibiotik dalam budi daya perikanan.
Ke depannya, pengembangan vaksin yang berasal dari isolat lokal akan terus dilakukan yang dibarengi dengan pengembangan metode pemberian, evaluasi, dan diseminasi sebagai upaya untuk mendukung industri akuakultur berkelanjutan.
Menurut Prof Sukenda, metode vaksinasi ikan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu injeksi, perendaman, dan oral. Pemberian vaksin melalui cara perendaman lebih praktis untuk penerapan pada benih ikan yang masih rentan terhadap serangan penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
“Metode infiltrasi hiperosmotik yang kami kembangkan merupakan modifi kasi dari metode perendaman untuk mengefektifkan pemberian vaksin. Hasil penelitian menunjukkan vaksinasi ikan nila secara infiltrasi hiperosmotik dengan kejutan salinitas sampai 20 gram per liter selama lima menit mampu meningkatkan proteksi ikan terhadap serangan bakteri S agalactiae,” imbuhnya.
Ada juga metode vaksinasi maternal, yakni transfer imunitas dari induk ke anak. Sebelum memijah induk ikan terlebih dulu divaksin menggunakan sediaan vaksin, baik tunggal maupun campuran. Induk ikan kemudian membentuk imunitas yang ditransfer kepada anakannya ketika memijah. (Atalya Puspa/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved