Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk merawat dan menjaga lingkungan. Salah satunya lewat hal kecil, seperti mendongeng. Hal inilah yang dilakukan Samsudin. Berbekal sepeda butut, mantan guru honorer sekolah dasar di Indramayu, Jawa Barat, ini sering mengunjungi berbagai daerah untuk mendongeng kepada anak-anak.
Aktivitas yang dia lakukan hingga sekarang ini dimulai sekitar empat tahun silam. Samsudin telah mengunjungi 13 provinsi seperti Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jateng, Jatim, NTB, Lampung, Jambi, Sumut, DI Aceh, hingga Kaltim. Ia mengaku kadang mendapatkan bantuan ongkos jalan atau tempat tinggal selama mendongeng dari berbagai komunitas pecinta alam yang dia kenal. "Jika saya tidak punya uang, tapi ingin keliling, ya nyari donasi. Saya dua kali dibantu Kitabisa.com saat mendongeng Jambi- Aceh dan mendongeng di Kalimantan," ujarnya, pekan lalu.
Menurut Samsudin, alam merupakan sumber kehidupan manusia. Sayangnya, ia terus tereksploitasi dari generasi ke generasi. Oleh karena itulah, dia tergerak mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda tentang pentingnya menjaga kelestarian alam, terutama keberadaan hewan langka.
Melalui media dongeng, dia yakin bisa membagi kesadaran kepada banyak orang tentang pentingnya alam bagi kehidupan manusia. Bapak berusia 49 tahun itu mengatakan, berdasarkan pengalamannya sebagai guru SD, pilihan dongeng untuk menjadi media kampanye konservasi lingkungan dinilai bisa lebih mudah dicerna anak-anak. Bagi dia, anak-anak merupakan generasi emas yang kesadaran dan prinsipnya bisa dibentuk untuk menyelamatkan kekayaan alam Indonesia.
Samsudin pun mengemas setiap pengetahuan teoritis yang ia kuasai dari hasil baca buku-buku ataupun diskusi, menjadi cerita ringan serta mudah dipahami anak-anak tanpa mengurangi pesan yang ingin disampaikan mengenai konservasi satwa langka. "Tantangannya adalah bagaimana menerjemahkan bahasa ilmiah ke bahasa yang mudah dipahami anak anak," tuturnya kepada Media Indonesia, belum lama ini.
Samsudin mengaku, setiap kali mendongeng, dia selalu menyiapkan materi yang ingin disampaikan dengan matang dan objektif. Dia tidak ingin memberikan informasi keliru soal isu konservasi satwa langka kepada anak-anak.
Dalam setiap dongengnya, Samsudin sering bercerita tentang pola hidup hewan, makanannya, luasan habitat hewan langka, serta cerita konflik hewan dengan manusia. Dia juga kerap menyampaikan cerita tentang sikap buruk manusia kepada kehidupan hutan yang menghancurkan hak-hak hidup satwa liar dan habitatnya. Ia berharap semua cerita tersebut bisa memberikan imajinasi kepada anak-anak untuk membedakan kebaikan dan keburukan perilaku manusia kepada alam sekitarnya.
Dia menjelaskan, banyak keanekaragaman hayati yang disediakan alam dan masih belum diteliti atau ditemukan manfaatnya untuk kelangsungan hidup manusia. Menurutnya, jika hutan dan alam dijaga dan dipelihara, masyarakat di pedalaman tidak harus bergantung pada keperluan konvensional yang harus serbadibeli.
"Kalau tidak dijaga, anak cucu kita bakal punya apa? Mereka hanya bisa melihat di museum dan literatur," tambahnya.
Terinspirasi teman
Ketertarikan Samsudin pada isu lingkungan memang awalnya tidak datang dari diri sendiri. Banyak pihak dan liku perjalanan hidup dia yang memengaruhi pandangannya tentang pentingnya melestarikan alam. Samsudin mengaku terpengaruh oleh Rusdianto, tetangga sekampungnya di Indramayu. Samsudin bercerita, sejak tahun 2000, Rusdianto yang juga merupakan staf Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sering mengajak dia mengunjungi kantor KLHK di Kebun Raya Bogor. Rusdianto pun banyak bercerita kepada Samsudin mengenai konservasi lingkungan, misalnya soal badak, habitat, dan pentingnya hewan itu bagi pelestarian hutan, serta banyak hal yang berhubungan dengan kegiatan pelestarian satwa langka.
"Berhubung saya lulusan ekonomi manajemen, awalnya saya anggap angin lalu ajakan pak Rusdianto untuk terlibat di kegiatan konservasi satwa langka, lalu saya memilih mengajar," ungkapnya.
Namun, kata dia, pengalaman berkecimpung di dunia pendidikan membatasi dirinya untuk menyuarakan pendapat dan kritik hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti mengajar di sekolah.
Setelah berhenti mengajar, pada saat itu Samsudin yang memiliki jejaring diskusi di sosial media sempat diajak teman sesama aktivis lingkungan untuk membangun lembaga swadaya masyarakat berupa rumah baca.
Namun, kegiatan di rumah baca itu lambat laun sepi dan Samsudin mencoba untuk mencari metode baru dalam mengampanyekan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda.
"Saya dan anak-anak remaja yang masih suka berkunjung ke rumah baca membuat wayang baru. Karena memang hanya menggunakan dana pribadi yang sangat terbatas, saya hanya bisa keliling wilayah Indramayu," ujarnya.
Dalam sebuah acara di Ujung Kulon, Samsudin bertemu dengan Mini Nagendran, seorang ahli biologi yang bekerja untuk Amerika Serikat di Fish and Wildlife Service. Samsudin pun berdiskusi tentang program pendidikan bagi masyarakat agar masyarakat tergerak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan pelestarian badak di Ujung Kulon, Banten.
Dari situlah tercetus ide mendongeng keliling Sumatra memakai sepeda ontel. Setelah sebulan Samsudin pun merealisasikan program yang dia rancang dan terlaksana di pada April 2016.
"Dimulai dari Gedung Manggala Wanabakti dan berakhir di Jambi. Begitulah awal cerita kegiatan dongeng keliling Indonesia untuk pendidikan bagi pelestarian satwa langka," tutupnya. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved