Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
MOMEN kelahiran Tatjana, 4, dan Bima, 4, adalah peristiwa monumental bagi pasangan penyanyi Cynthia Lamusu, 42, dan Surya Saputra, 45. Anak kembar mereka lahir ke dunia ini setelah delapan tahun usia pernikahan.
Karena tekanan darah tinggi, bayi kembar yang tadinya diperkirakan lahir pada 7 Desember 2016, mau tak mau dilahirkan pada 20 November 2016. Kedua bayi Cynthia pun dilahirkan dalam keadaan prematur.
“Mereka lahir di usia 33 minggu. Beratnya Tatjana 2,1 kg, Bima 1,2 kg, jadi kebalikannya. Tatjana 2 minggu dirawat di NICU, Bima 33 hari,” tutur Cynthia saat diskusi daring Tumbuh Kembang Bayi Prematur pada Kamis, 26 November 2020. Diskusi ini dalam rangka memperingati Hari Prematur Sedunia yang diperingati setiap 17 November.
Cynthia berkisah dirinya harus melakukan banyak skrining untuk mengecek kondisi perkembangan organ tubuh bayi kembarnya di awal kelahiran sang anak. Dari skrining itu pula, ia mengetahui bahwa putranya memiliki gangguan dalam penglihatannya. Hal itu diketahuinya seusai melakukan pengecekan dua minggu setelah lahir.
“Tatyana tidak apa-apa tapi, Bima yang terdeteksi alami retinopati prematuritas (ROP),” ujar Cynthia.
ROP adalah kelainan mata bayi prematur yang terjadi, akibat pembuluh darah yang baru terbentuk di lapisan retina berhenti berkembang. Cynthia beruntung bahwa penyakit yang diderita Bima bisa diketahui lebih cepat.
Kelahiran bayi prematur terjadi ketika kontraksi rahim mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki jalan lahir.
Karena organ tubuhnya belum berkembang dengan sempurna, bayi prematur memiliki risiko tinggi terhadap gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan, gangguan penglihatan, dan pendengaran.
“Karena itu, tumbuh kembang bayi prematur harus dipantau hingga usianya 7 tahun,” kata dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Jakarta Prof Rini Sekartini, dalam diskusi webinar bertajuk Cegah Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Prematur, pada Jumat (27/11).
Hal itu juga merujuk pada data dari Martow 2005 yang melakukan penelitian terhadap 308 bayi prematur di Inggris. Sebanyak 241 dari 308 bayi prematur mengalami gangguan kesehatan di usia 6 tahun, berupa cacat sebanyak 80%, gangguan kognitif 21% dan cerebral palsy (lumpuh otak) 20%.
Di awal pertumbuhannya, terang Rini, bayi prematur pada umumnya akan mengalami penurunan berat badan secara fisiologis maupun penyakit. Bayi prematur juga tidak boleh obesitas. Kondisi ini tentu memerlukan intervensi khusus dalam 2-3 tahun kehidupannya.
Pentingnya nutrisi
Dokter spesialis anak I Gusti Ayu Nyoman Partiwi atau yang lebih akrab dikenal dengan dr Tiwi menambahkan, semua bayi prematur yang dilahirkan kurang dari 1.800 gram harus melakukan skrining mata, pendengaran, otak, jantung dan evaluasi pertumbuhan berat badan/tinggi badan. Selain itu, imbuhnya, nutrisi yang optimal amat sangat penting di awal kehidupan mereka.
Pasalnya, bayi prematur yang dilahirkan dengan berat rendah punya potensi untuk menjadi pendek atau` gemuk sehingga penyakit-penyakit metabolik seperti diabetes dapat lebih mudah terjadi. Jika nutrisi tidak cukup, bayi prematur juga berpotensi mengalami stunting.
“Tapi bila dirawat dan dipantau baik, mereka (bayi prematur) juga sama dengan bayi-bayi lahir normal lainnya bahkan menjadi dokter anak seperti @reisabrotoasmoro (1.200 gram),” kata dr Tiwi. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved