Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berupaya untuk memperkuat budidaya lobster secara berkelanjutam di Indonesia. Pasalnya, sejauh ini komoditi lobster masih didapat dari hasil tangkapan alam saja.
Sebagai negara kepulauan dengan wilayah lautan yang luas, ujar Deputi Bidang Ilmu Kebumian LIPI, Ocky Karna Radjasa, Selasa (01/12), Indonesia memiliki kekayaan terumbu karang sebesar 15% dari total terumbu karang dunia. “Terumbu karang merupakan habitat utama lobster, yang memiliki peran penting secara ekologi maupun ekonomi,” imbuhnya.
Untuk itu LIPI tengah meneliti untuk memperkuat budidaya lobster agar keberlanjutan sumber daya laut tidak hanya bergantung pada hasil tangkapan laut saja.
Kepala Balai Bio Industri Laut LIPI, Ratih Pangestuti juga mengajak konsumen untuk dapat menjaga keberlangsungan hasil laut, terutama lobster, dengan tidak mengkonsumsi seafood anakan, yang sedang bertelur, atau seafood yang benihnya diambil dari alam. “Jika menangkap lobster yang seperti itu, wajib dikembalikan ke laut dengan hati-hati,” terang Ratih.
Indonesia sendiri memiliki tujuh jenis lobster yang tersebar di seluruh wilayah perairan Nusantara di habitat yang berbeda-beda. Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi, Rianta Pratiwi menjelaskan bahwa lobster memiliki siklus hidup, dari telur hingga menjadi lobster dewasa, yang cukup kompleks dan belum diketahui secara rinci.
“Telur lobster menetas menjadi larva atau filosoma. Tahapan filosima terdiri dari 11 tingkat sebelum selanjutnya menjadi lobster muda dengan cangkang masih lunak, kemudian menjadi juvenile, dan lobster dewasa,” jelas Rianta.
Lobster hidup dalam habitat dengan suhu sekitar 20-30°C, biasanya di perairan karang mulai dari 100 sampai kurang dari 200 meter. Lobster hidup bersembunyi di antara karang-karang dan berkelompok sehingga tidak mudah untuk ditangkap.
Budidaya lobster hingga saat ini masih mengambil benih dari laut sehingga prosesnya hanya dapat dimulai dari tahap pembesaran. Di sisi lain, pengambilan benih lobster untuk budidaya ini harus dibatasi karena pengambilan benih atau benur lobster yang berlebihan dapat mengancam plasma nutfah di alam. Terlebih lagi, berbagai jenis makanan lobster juga dipanen oleh manusia sehingga pasokan pakan di alam berkurang.
Sigit Dwi Putro, Peneliti Balai Bio Industri Laut LIPI, menjelaskan saat ini pembenihan lobster karang belum dapat dilakukan di Indonesia. Beberapa negara maju sudah berhasil melakukan pembenihan namun jumlahnya masih sangat terbatas sehingga belum ekonomis. Hal ini tidak lepas dari proses larva lobster karang yang lama.
“Oleh karena itu, benih untuk budidaya masih diambil dari alam dengan menggunakan alat pengumpul benih baik yang masih bening (benih lobster) atau yang sudah mulai berwarna (juvenile),” jelas Sigit. Masa pendedaran benih, jelasnya, dilakukan dengan menggunakan kurungan bermata satu dengan pakan ikan cacah, dan diberikan rumput laut sebagai pelindung.
Dalam tahap pembesaran, lobster dipilah berdasarkan ukuran untuk mengurangi kepadatan dan potensi kanibalisme. Masa pemeliharaan untuk mencapai berat 200g memerlukan waktu enam hingga tujuh bulan.
Peneliti budidaya kelautan, Balai Biro Industri Laut LIPI, Varian Fahmi, menjelaskan bahwa budidaya lobster di laut dapat dilakukan dengan keramba jaring apung. Sementara untuk budidaya darat dapat dilakukan pada bak-bak beton. Penggunaan pakan buatan seperti moist atau penambahan spirulina dapat memengaruhi pertumbuhan berat lobster jika dibandingkan dengan pakan ikan rucah.
“Pakan yang diberikan sebaiknya tidak dalam jumlah yang banyak untuk satu kali pemberian. Pemberian pakan dalam jumlah cukup selama beberapa kali dalam sehari dapat mengurangi datangnya biota kompetitor seperti kepiting ke dalam wadah pemeliharaan. Hal ini juga dapat mengurangi biaya pakan untuk pembesaran anakan lobster,” pungkasnya.(H-1)
PENGAMAT maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC) Marcellus Hakeng Jayawibawa menanggapi pengembangan ekonomi berbasis maritim di Riau.
PT Pertamina International Shipping (PIS) menggelar program edukasi lingkungan bertajuk Ocean LiteraSEA di SDN Tanjung Sekong, Cilegon, Banten.
PENDIDIKAN kelautan penting untuk memastikan generasi muda memiliki pemahaman tentang menjaga kelestarian laut. Ini diwujudkan dalam program Ocean LiteraSEA di Museum Bahari Jakarta.
BPK RI mendukung upaya pemerintah dalam menginisiasi program blue economy dengan memastikan pengelolaan yang bertanggung jawab atas aset kelautan Indonesia.
Sejumlah delegasi pemerintah Kenya hadir ke Indonesia untuk menjajaki kerja sama di sektor ekonomi biru dan maritim, Oktober lalu.
Tim ahli kelautan yang dipimpin Schmidt Ocean Institute di California menemukan dan memetakan gunung bawah laut setinggi 3.109 meter di Samudra Pasifik.
Dalam sambutannya, Tri Melasari mengapresiasi dan berterima kasih atas penyelenggaraan Indo Livestock 2025 Expo & Forum yang diinisiasi oleh Napindo.
Meskipun Lebaran Idul Adha hanya tinggal menghitung hari, namun banyak dagangan ternak yang tidak laku dan para pembeli umumnya merupakan pelanggan lama.
Peternakan akan lebih maksimal dalam menjalankan programnya jika dilakukan secara kolektif melalui kelompok atau lembaga.
Sebanyak 1.213 ekor sapi perah bunting resmi tiba di Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ditjen PKH memperketat pengawasan terhadap rantai pasok pangan hewani guna mencegah praktik penyimpangan yang dapat mengancam kualitas dan keamanan produk yang dikonsumsi masyarakat.
Potensi kerja sama di sektor peternakan yang dapat dikembangkan dengan MERCOSUR antara lain terkait pengembangan genetika, kesehatan hewan ternak, dan optimalisasi produksi ternak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved