Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Berjuang Penuhi Hak Pendidikan Warga Pedalaman

Media Indonesia
25/11/2020 16:48
Berjuang Penuhi Hak Pendidikan Warga Pedalaman
(ANTARA)

PENDIDIKAN menentukan nasib satu bangsa. Karena itu, peran guru dalam berjuang mendidik siswa saat ini akan menentukan gambaran Indonesia ke depannya.

Semakin profesional guru mengajarkan peserta didik diyakini akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang cemerlang dan membawa Indonesia ke masa yang lebih baik.

Perjuangan para guru mencerdaskan anak didiknya bukanlah hal yang mudah. Terutama mereka yang berada di pelosok negeri atau yang berada di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal.

Sebagai guru mereka harus profesional dalam menjalankan tugas. Meski harus bertugas di pedalaman, seperti yang menjadi tugas Joko Puerwanto, 36, guru SMP Negeri 2 Piani, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Joko mendapat tugas mengajar di daerah terpencil di perbatasan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Sarjana Pendidikan Ekonomi lulusan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalsel, ditempatkan mengajar di daerah pedalaman di kawasan Pegunungan Meratus.

"Saya dari lahir di lingkungan yang serba modern. Sementara mengajar di sekolah daerah terpencil seperti SMPN 2 Piani ini bisa dibilang serba terbatas baik dari segi sarana dan prasaranya, maupun dari peserta didiknya," tuturnya kepada <i>Media Indonesia<p>, kemarin.

Keterbatasan sarana dan prasarana di kawasan itu membuat dirinya bersama dan tenaga pendidik lainnya harus bekerja ekstra keras agar peserta didik kami tidak jauh ketinggalan dari anak-anak yang bersekolah di daerah perkotaan.

Mereka terpaksa bermalam di sekolah karena jarak dari rumah ke sekolah mencapai 120 km atau 4 jam perjalanan. "Jadi saya harus meninggalkan keluarga untuk menginap di sekolahan selama lima hari. Karena menginap maka pembelajaran tidak hanya pada jam sekolah tetapi bisa berlanjut sampai malam hari," ujarnya.

Anak-anak desa dapat belajar di luar jam sekolah untuk mengejar ketertinggalan. Pasalnya, masih banyak peserta didik yang kesulitan membaca.

Demikian juga dengan penguasaan teknologi komputer. "Artinya walaupun bersekolah di daerah terpencil, mereka juga punya hak untuk mengenal dunia luar dan merasakan canggihnya teknologi," tambahnya.

Tidak sedikit siswa di daerah itu dilarang sekolah atau terpaksa putus sekolah karena dipaksa menikah atau bekerja untuk membantu mencari nafkah keluarga. Untuk itu, Joko dan sejumlah guru melakukan pendekatan kepada para orangtua untuk menjelaskan penntingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak.

"Dengan pendekatan terus menerus masalah tersebut sedikit demi sedikit sudah berkurang. Berkelahi dengan peserta didik dan orang tua pun sering saya lakukan karena adanya kesalahfahaman," tukas Joko.

Tetap semangat
Perjuangan untuk memenuhi hak akan pendidikan untuk peserta didik juga dilakukan Zuhria Sambiki, 28, guru asal Desa Soasiao, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Sejak 2019, ia menjadi guru PNS yang ditugaskan mengajar di SMA Negeri 10 di Kecamatan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara.

Untuk memenuhi kewajiban mengajar, ia harus menumpangi kapal laut dengan jarak tempuh delapan jam.

Jauhnya jarak tempat tinggal, mengharuskannya menumpang di rumah warga selama hari sekolah. Bahkan, Zuhria yang muslim berupaya menyesuaikan diri dengan warga tempat tinggalnya yang mayoritas non-muslim.

Meski bertugas di daerah terpencil, yang tidak ada aliran listrik dan jaringan internet, alumnus Universitas Khairun Ternate itu tidak patah semangat untuk tetap membagikan ilmu kepada anak muridnya.

Ia bercerita ketika musim hujan seringkali siswa tempatnya mengajar tidak masuk sekolah karena terkendala akses karena banjir. Karena tertinggal pelajaran, ia bersama guru lainnya berupaya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengejar ketertinggalan di luar jam sekolah.

"Kini sudah setahun lebih, saya menjalankan tugas mengajar di Desa Dorume. Saya merasa bangga karena dengan kehadiran kami lebih menambah semangat anak-anak untuk bersekolah," Katanya

Hal yang sama dialami oleh Bahrun Anas, guru SMP Negeri 8, di Desa Damuli, Kecamatan Patani Timur, Kabupaten Halmahera Tengah.

Seperti Zuhria, tempat tinggal Bahrun Anas berjarak jauh dengan tempatnya bertugas. Karena itu, ia terpaksa meninggalkan anak dan istrinya dan tinggal di rumah warga.

Bahrun mengaku dirinya harus siap dengan kondisi apapun yang dihadapi. "Karena memang sudah menjadi komitmen kami sebagai guru harus siap ditempatkan di mana pun, untuk membantu pemerintah mencerdaskan rakyat. Jadi kami harus siap dalam kondisi apa pun," ujarnya.

Namun demikian, Bahrun dan Zuhria berharap pemerintah daerah menyediakan rumah dinas bagi para guru yang ditugaskan di daerah. Dengan demikian, bagi guru yang sudah berkeluarga bisa membawa keluarga ke tempat tugas. (DY/HI/MS/YH/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya