Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
KURANG lebih sudah sembilan bulan para pelajar Indonesia harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal ini dapat berdampak pada menurunnya semangat belajar anak-anak.
Berbagai faktor ditengarai sebagai penyebab menurunnya semangat belajar tersebut. Seperti tidak bisa berinteraksi langsung dengan teman-teman, bosan di rumah, dan sebagainya.
Hal tersebut diakui oleh Liliana, ibu dari Washillah yang duduk di kelas 6 SD Madrasah Ibtidaiyah Budi Mulia, Jakarta Utara. Dia mengatakan sejak dua bulan terakhir, semangat belajar anaknya menurun karena merasa bosan melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
“Alasannya tidak bisa main dan ketemu teman-teman di sekolah. Gak bisa bercanda-canda sama kawan-kawannya, katanya,” ungkap Liliana kepada Media Indonesia, Sabtu (21/11).
Untuk itu, dia mencari cara agar anaknya tetap semangat belajar. Antara lain memberikan reward seminggu sekali yakni dengan memenuhi keinginan anak selama masih pada tahap wajar.
“Biasanya anak saya lebih sering minta dimasakin makanan favoritnya, kalau tidak selalu minta jajanan favoritnya. Kemudian seminggu sekali saya bebaskan dia buat main game online kesukaan dia seharian,” kata Liliana.
Dia pun mengaku terus menjalin komunikasi dengan guru untuk membahas perkembangan belajar anak.
Penurunan semangat belajar anak juga menjadi tantangan para guru di sekolah. Satriwan Salim, guru mata pelajaran PKN di SMA Labschool Jakarta, juga melihat tendensi penurunan semangat belajar siswa.
“Ini saya pikir wajar juga, secara pembelajarannya di masa tidak normal, akses terbatas, tatap mukanya tidak ada, dan jam pelajarannya terbatas,” katanya saat dihubungi Media Indonesia, Sabtu (21/11).
Karena itu, katanya, tugas guru dan sekolah adalah menyelami betul apa yang dirasakan dan diinginkan oleh siswa dalam pembelajaran jarak jauh ini.
“Caranya, sekolah harus memberikan jajak pendapat untuk survei ke anak dan orang tua. Apa yang mereka rasakan selama PJJ dan apa yang mereka harapkan untuk perbaikan PJJ. Kami melakukan itu. Kami sudah dua kali melakukan polling kepada orangtua dan anak,” katanya.
Hasilnya, para siswa mengungkapkan sejumlah keberatan saat melaksanakan PJJ. Antara lain terlalu banyaknya tugas yang diberikan setiap minggunya.
“Harapan mereka intensitas tugasnya dikurangi. Akhirnya sekolah kami menurunkan intensitas pemberian tugas oleh guru. Akhirnya tugas-tugas anak itu, meskipun dibeda-bedakan, rata-rata tiga minggu sekali,” kata Satriwan.
Dia mengatakan dampaknya pun cukup terasa. Antara lain dengan meningkatnya nilai-nilai para siswa. “Kemarin kita baru UTS, anak-anak nilainya makin naik. Selain itu, intensitas kehadirannya juga makin baik,” ujarnya.
“Saya pun meng-kroscek ulang hasil survei itu dengan menanyakan langsung ke anak-anak. Respon mereka, ‘Alhamdulillah, Pak, sekarang agak enakan. Guru gak lagi setiap minggu memberikan tugas, istirahatnya jadi cukup banyak’,” katanya.
Tak lupa, katanya, guru-guru harus memotivasi dan menanyakan kabar siswa di setiap pertemuan daring. Terlebih, lanjut Satriwan, peran wali kelas dan guru BK sangat menentukan karena para siswa butuh pendampingan di masa PJJ ini.
Di SMPN Unggul Calang, Kabupaten Aceh Jaya, Nanggroe Aceh Darussalam, inovasi dalam pembelajaran jarak jauh dilakukan untuk mengatasi kejenuhan saat belajar daring. Caranya, para guru membuat video pembelajaran yang menarik menggunakan Android dan dikemas sedemikian rupa.
“Nanti ada link YouTube-nya. Misalnya video berisi praktikum IPA. Si gurunya praktik di tempatnya, kemudian dia meminta si anak untuk mempraktikkan seperti dilakukan gurunya, kemudian si anak mengirimkan video hasil praktik mereka,” ungkap Viza Suhanna, salah seorang guru di SMPN Unggul Calang, kepada Media Indonesia, Senin (23/11).
“Itu salah satu yang bisa membangkitkan motivasi dan semangat anak. Jadi dia gak hanya via whatsapp, misalnya, tapi ada modifikasi, setidaknya tidak membosankan,” imbuh Viza.
Lebih kreatif
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril mengatakan kondisi adaptasi kebiasaan baru merupakan tantangan tersendiri bagi guru dalam melakukan pembelajaran.
“Kondisi adaptasi kebiasaan baru menjadi tantangan baru bagi para guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dalam suasana menyenangkan walau sedang menjalani pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK),” ujar Iwan.
Pihaknya, melalui program seperti Praktik Pembelajaran Guru Terbaik (PPGT) misalnya, berupaya agar para guru mendapatkan wawasan baru dalam membuat praktik pembelajaran kreatif. “Ini selaras dengan cita-cita pemerintah dalam penguatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar (SD), terutama dalam pengembangan nilai-nilai kepemimpinan guru melalui program guru penggerak,” ungkap Iwan.
Senada dengan Iwan, pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin Soefianto juga mengatakan guru harus lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dapat memanfaatkan kelebihan pembelajaran daring yakni kemudahan menggunakan metode multimedia. “Dalam arti, sumber-sumber ilmu pengetahuan itu bentuknya multimedia. Jadi bisa dibikin ada animasi atau film. Misalnya siswa disuruh bikin video pelanggaran protokol covid-19, misalnya 30 detik terus di-share dan dibahas,” ucapnya. (Ant/S3-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved