Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
CUACA Kabupaten Batang, Jawa Tengah jelang siang mulai mendung, hujan akan turun. Namun hal itu tidak menghalangi Mohamad Hikmat, guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Batang yang tetap semangat memacu kendaraan roda tiganya menyusuri jalan.
Sebagai guru SLB Negeri Batang yang juga memiliki keterbatasan fisik (difabel), nama Mohamad Hikmat, 26, cukup dikenal. Dalam beraktivitas keseharian, ia memanfaatkan papan luncur (skateboard) dengan cara mengayunkan kedua tangannya agar bisa berpindah tempat.
Di tengah pandemi covid-19 saat ini dan diterapkan pembelajaran daring, pria asal Sukabumi, Jawa Barat yang sudah mengajar sejak 2012 ini tetap aktif mendatangi satu persatu rumah siswanya yang tidak memunyai sarana prasarana komunikasi untuk belajar secara daring.
Ketiadaan kedua kaki bukan halangan. Mohamad Hikmat tak lelah menyambangi siswanya penyandang tuna grahita, tuna rungu, tuna wicara dan keterbatasan fisik lainnya itu.
“Sejak dulu saya bercita-cita menjadi guru. Setelah lulus SMA di Cimahi mendaftar sembari melanjutkan kuliah hingga lulus S1 bidang kependidikan,” katanya. Kini dia sudah diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) sejak 2018.
Terhadap murid-muridnya, Mohamad Hikmat berharap mereka kelak memiliki kepandaian dan ketrampilan yang sama dengan warga umumnya. Untuk itu ia pun ingin agar di dalam kurikulum pendidikan umum juga dimasukan pengetahuan tentang penyandang disabelitas. Tujuannya agar masyarakat dapat memahami para difabel baik dalam berkomunikasi maupun interaksi sosial.
“Kami tidak minta untuk diistimewakan, karena terlalu diistimewakan juga tidak benar,” imbuhnya kepada Media Indonesia. Langkah yang benar, menurut Mohamad Hikmat adalah memberlakukan secara sikap ataupun kesempatan yang sama kepada para penyandang cacat, seperti kuota pekerjaan di kantor atau perusahaan dapat diperluas dibanding sekarang.
Pengabdian tulus seorang guru kepada siswanya juga tercermin dari Theresia Sri Rahayu, guru SD Negeri Waihibur, Desa Umbu Mamijuk, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur.
Kendati mengajar di wilayah pedalaman dengan akses jaringan internet dan listrik yang terbatas, ia mampu mengumpulkan guru dari 81 sekolah dasar di kabupaten itu dalam sebuah komunitas bernama Kelompok Kerja Guru (KKG) Online Sumba Tengah.
Komunitas ini lahir dari keprihatinan masih rendahnya mutu guru dan siswa, serta pandemi covid-19 yang berdampak terhadap proses belajar-mengajar.
“Keprihatinan itu, dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, akhirnya menggerakan saya berinovasi dengan membuat satu perubahan secara nyata,” kata Theresia, kepada Media Indonesia, Minggu (23/11).
Sebagai pendamping dan fasilitator guru penggerak di Sumba Tengah, lewat aplikasi Zoom, Theresia menginisiasi diskusi online yang melibatkan stakeholders pendidikan di tingkat lokal maupun nasional, serta guru SD berprestasi dari daerah lain.
Webinar digelar setiap Rabu, membahas berbagai hal terkait tupoksi guru seperti membuat perencanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini.
“Kita bahas bagaimana guru menyelenggarakan yang namanya ‘merdeka belajar’,” katanya.
Kegiatan webinar juga berkolaborasi dengan komunitas lainnya seperti ‘Belajar Guru Penggerak’, dan ‘Belajar Guru Nusantara.’ Hal lain yang dibahas yakni terkait penerapan Kurikulum 2013 dan pedoman pelaksanaan kurikulum kondisi khusus. Kebijakan nasional di bidang pendidikan juga didiskusikannya.
“Kami yakin ketika mutu pendidikan meningkat melalui peningkatan mutu guru, dengan sendirinya mutu siswa juga meningkat,” jelas penulis buku Bukan Guru Biasa itu.
Buku lain karya TheresiaBelajar Semudah KLIK, Membangun Ekosistem Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar yang terbit tahun ini. Keseluruhan buku yang ditulisnya itu merupakan kisah inspiratif dan pengalaman nyata dari para guru penggerak yang memberikan gambaran dan jejak yang jelas bagi guru-guru lain agar bergerak serentak keluar dari zona nyaman. ‘Berubah dari guru biasa menjadi bukan guru biasa.’(AS/PO/H-1).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved