Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kodok Bangkong Ancam Komodo

M Iqbal Al Machmudi
23/11/2020 16:51
Kodok Bangkong Ancam Komodo
.(ANTARA/Eric Ireng)

MASIH ada ancaman terhadap kehidupan komodo, selain dari kehadiran manusia. Ancaman tersebut berupa masuknya spesies lain, seperti kodok bangkong yang beracun.

Peneliti hewan amfibi dan reptil (herpetologis) sekaligus dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Mirza Dikari Kusrini mengatakan hal itu saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi IV DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (23/11). Karenanya, Mirza meminta kepada pemerintah pusat dan daerah untuk lebih memperhatikan kondisi komodo.

"Hal ini berlaku juga kepada komodo yang di luar Taman Nasional Komodo. Komodo-komodo tersebut kurang diperhatikan," ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa kodok bangkong sering terbawa kapal-kapal yang berlayar menuju Taman Nasional Komodo. Ini berakibat kodok beracun tersebut dimakan oleh komodo.

Hal itu, lanjut Dedi, perlu diperhatikan oleh setiap penjaga kapal. Mereka harus selalu membersihkan kapal agar tidak ada kodok bangkong ikut serta dalam pelayaran menuju Pulau Komodo.

Di sisi lain, minimnya kegiatan manusia di Wisata Alam Loh Buaya Pulau Rinca Nusa Tenggara Timur ternyata membuat komodo lebih aktif. Perilaku komodo tersebut diketahui setelah IPB melakukan serangkaian penelitian mulai 21 Juni sampai 11 September 2020.

"Sifat komodo di Loh Buaya cenderung lebih aktif dibandingkan sebelum pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Komodo berani menjamah lokasi yang lebih luas," kata Mirza.

Menurutnya, sifat liar dari komodo harus tetap dipertahankan dan tidak boleh terlalu dekat dengan banyak manusia. Karenanya, ia menilai pembangunan wisata yang sudah dibangun sudah cukup baik karena mengurangi intensitas untuk kontak langsung.

"Perilaku komodo dapat berubah bila ada interaksi terlalu tinggi dengan wisatawan sehingga interaksi tersebut perlu dikurangi. Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa populasi dan habitat komodo dalam Kawasan Nasional Komodo tetap terjaga," ujar Mirza.

Dedi turut mempertanyakan realisasi pembangunan wisata premium dengan sifat liar komodo. "Ini yang akan menjadi rekomendasi DPR. Komodo kalau tidak ada manusia lebih bahagia. Ketika pembangunan wisata premium ini akan mendatangkan lebih banyak wisata, apakah sifat komodo yang aktif ini masih bisa dipertahankan atau malah merasa terganggu?" ungkap Dedi. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya