Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kini, Biar Kami yang Kunjungi Murid

Mediaindonesia.com
19/11/2020 10:44
Kini, Biar Kami yang Kunjungi Murid
Dua guru SMA Negeri 1 Kabila mengunjungi siswa di rumahnya di Poowo, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.(ANTARA)

PANDEMI covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun ini telah mengubah drastis pola hubungan di lingkungan pendidikan. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mengharuskan pembelajaran di sekolah disetop. Sebagai gantinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberlakukan pembelajaran daring. Masyarakat menerjemahkannya belajar di rumah (BDR).

Selama masa BDR hal yang melemah dari peran guru adalah peran mendidik. Proses itu terjadi karena pemantauan yang sulit dilakukan. Satu hal yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan Guru Kunjung sebagai bentuk upaya layanan psikososial selama proses BDR. Inilah yang diharapkan melalui SKB 4 menteri selama proses BDR selain proses pembelajaran.

Adanya sejumlah aturan pembatasan fisik, maka guru lah yang kini justru mengunjungi siswanya. Untuk di daerah yang akses transportasinya terhubung dengan baik tidak menjadi masalah.

Kendala akan muncul bila suasana pembelajaran itu di daerah terpencil. Seperti yang dialami Susi Rahayu, seorang guru yang bertugas di Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Susi harus menempuh jarak jauh, melewati padan dan sungai menuju rumah murid-muridnya.

Sejak Maret hingga saat ini, Susi dan rekan guru lainnya berinisiatif menyampaikan pembelajaran secara door to door.

Meski diakui apa yang dilakukan tidak seektif saat pembelajaran dilakukan di sekolah.

Itu karena pembelajaran di rumah siswanya, dilakukan hanya sekitar 1 jam. pasalnya Susi harus berkunjung ke rumah siswa lainnya. Itu dilakukan agar para siswa tidak kontak langsung karena khawatir antarmereka tertular covid-19. Bukan berarti susi tak menyadari dirinya juga bisa kena virus yang mematikan ini. Makanya saat mengunjungi rumah siswanya ia selalu mematuhi protokol kesehatan.

"Tidak pakai virtual, karena pertama orang tua murid juga tidak memiliki telepon genggam versi Andorid. Terus jaringan juga susah, bahkan kalau di beberapa kampung tidak ada sinyal. Jadi tidak memungkinkan untuk belajar secara daring," jelasnya.

Sarjana pendidikan jebolan Universitas Negeri Jakarta itu juga mengaku bahwa banyak pembelajaran yang jauh tertinggal. Pasalnya, para guru hanya bisa mengajar 3 atau 4 murid per hari dan dalam seminggu hanya 2 atau 3 kali pertemuan. Sementara waktu mengajar setiap anak pun sekitar 1 jam.

Biasanya berangkat ke rumah siswa sekitar pukul 07.30. Di rumah siswanya tak jarang Susi harus menunggu anak didiknya mandi, baru mulai pembelajaran. Pulang sekitar pukul 12.00 atau 12.30 WITA. Meski banyak pelajaran yang tertinggal, dia dan guru lainnya tetap bersemangat. Dengan segala keterbatasan mereka harus kreatif membimbing para muridnya.

Susi pun terkadang merasa bersalah bila tidak mengunjungi siswanya. "Kadang tidak enak juga kalau tidak kunjung mereka. Paling tidak untuk membaca, menulis itu mereka harus bisa," sebutnya mengingat banyak muridnya yang belum bisa menguasai pelajaran.

Susi dan rekan-rekannya berharap pandemi cepat berlalu, sehingga kegiatan belajar mengajar bisa kembali normal. Untuk saat ini hanya semangat dan pengabdian tanpa pamrih yang menjadi motivasi bagi Susi  dan teman-teman gurunya.(Fau/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya